Walaupun tergolong upacara adat yang membutuhkan biaya yang sangat besar, tradisi Mapasilaga Tedong merupakan tradisi yang sudah mengakar dengan kuat di Tana Toraja..
Tana
Toraja memiliki tradisi unik lainnya untuk menghormati orang yang sudah lama
meninggal. Karena selain tradisi Ma’nene terdapat juga tradisi Mapasilaga
Tedong yang merupakan tradisi adu kerbau. Tradisi ini menjadi daya tarik
sendiri bagi wilayah Tana Toraja yang dapat menarik banyak wisatawan asing atau
domestik untuk berkunjung ke Tana Toraja. Dan biasanya tradisi ini dilakukan
pada saat upacara pemakaman orang yang sudah meninggal beberapa tahun yang
lalu.
Tana
Toraja biasanya ramai dikunjungi para wisatawan pada bulan Juli. Karena pada
bulan tersebutlah, masyarakat setempat meyakini, yang dianggap waktu yang tepat
untuk melaksanakan upacara Adat Rambu Solo. Upacara Adat Rambu Solo adalah
sebuah ritual penghormatan terakhir bagi orang yang sudah meninggal dunia. Dan pada
puncak acara adat inilah biasanya dilakukan tradisi Mapasilaga Tedong atau adu
kerbau.
Namun
tidak semua kerbau dapat diikut sertakan pada tradisi Mapasilaga Tedong. Biasanya
yang diikut sertakan pada Mapasilaga Tedong ini adalah jenis kerbau bule atau
yang biasa disebut degan nama Tedong Bunga oleh masyarakat setempat. Selain kerbau
bule, jenis kerbau lain yang diikut sertakan pada Mapasilaga Tedong adalah
jenis Kerbau Lumpur atau yang dikenal dengan nama latin Bubalus Bubalis dan
kerbau Salepo dan Lontong Boke. Jenis kerbau Lumpur adalah jenis kerbau yang
hanya bisa ditemukan di Tana Toraja sedangkan kerbau Salepo adalah jenis kerbau
yang memiliki bercak hitam di punggung dan kerbau jenis Lontong Boke adalah
kerbau dengan punggung berwarna hitam.
Dari banyak
kerbau yang diikut sertakan, terdapat satu jenis kerbau yang paling sering
diikut sertakan pada Mapasilaga Tedong. Yaitu jenis Tedong Pudu, yaitu kerbau
yang berkulit hitam legam. Kerbau jenis ini biasa diikut sertakan karena mudah
dilatih dan tidak semahal jenis kerbau lainnya. Namun walaupun tidak termasuk
kerbau yang mahal, harga paling murah untuk satu kerbau Tedong usai dewasa bisa
mencapai Rp. 40.000.000; sedangkan harga kerbau dari jenis yang lainnya berada
di atas harga tersebut.
Mapasilaga Tedong Tana Toraja
(Sumber Video: www.Youtube.com. Upload oleh Wonderful Toraja)
Acara Mapalasilaga
Tedong biasanya dilakukan sebelum upacara adat Rambu Solo dimulai. Pada saat
inilah puluhan kebau yang akan diadukan dibariskan dilapangan tempat upacara
akan dilangsungkan. Namun sebelum kerbau tersebut diadu, biasanya kerbau diarak
dengan didahului oleh para pemain gong dan para pembawa umbul- umbul dan
sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di
pemakaman atau yang dikenal dengan sebutan rante oleh masyarakat setempat. Dan pada
saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiringpun dimainkan. Musik
pengiring biasanya berasal dari sejulah wanita yang menumbuk padi pada lesung
secara bergiliran.
Walaupun
tergolong upacara adat yang membutuhkan biaya yang sangat besar, tradisi
Mapasilaga Tedong merupakan tradisi yang sudah mengakar dengan kuat di Tana
Toraja. Berkaitan dengan tradisi Rambu Solo, atraksi ini bisa tetap bertahan
sampai saat ini karena aspek penghormatan masyarakat terhadap orang tua serta
leluhur yang telah meninggal. Untuk itulah alasan kenapa banyak peserta yang
ikut serta dalam tradisi ini. Dan karena berhubungan dengan biaya yang sangat
besar, berbagai macam carapun dilakukan pemilik kerbau agar kerbau miliknya dapat
menang dalam pertarungan. Salah satunya adalah dengan cara mendatangkan dokter
hewan secara rutin untuk mengecek kesehatan kerbau yang akan dipertandingkan.
Acara adat
Mapasilaga Tedong semakin meriah ketika sampai pada puncaknya. Karena pada
puncak acara adat, selalu dilakukan prosesi pemotongan kerbau ala Toraja. Pemotongan
ini sangat khas karena biasanya dilakukan penebasan kepala kerbau yang masih
hidup hanya dengan satu kali tebas menggunakan parang.
Saat- saat penebasan kerbau dalam adat Mapasilaga Tedong Tana Toraja (Sumber Gambar: www.derosaryebed.blogspot.com) |
Tana Toraja
adalah daerah yang sangat kental dengan adat tradisi nenek moyang yang masih
dipertahankan sampai saat ini. Itulah kenapa Tana Toraja menjadi salah satu
daerah khusus tersendiri bagi para wisatawan untuk menyaksikan upacara adat
mereka yang tergolong unik. Mungkin inilah dampak dari warisan nenek moyang
yang masih dipegang erat oleh generasi penerusnya yang menjadikan daerah
tersebut memiliki ‘Image’ tersendiri
bagi dunia untuk mengenalnya. Karena ketika adat yang diwariskan nenek moyang
masih dipegang dengan erat oleh penerusnya, itu akan menjadi ciri khas
tersendiri baginya yang membedakannya dari daerah yang lain baik di Indonesia
maupun di dunia. Dan jika tradisi tersebut hilang dari Tana Toraja, lalu dengan
image apa dunia akan mengenal
Indonesia khususnya Tana Toraja?
Referensi:
1. http://zainbie.com/tradisi-mapasilaga-tedong-tana-toraja-atraksi-adu-kerbau/
2. https://id-id.facebook.com/notes/paling-indonesia/mapasilaga-tedong-adu-kerbau-ala-toraja/192089394166652/
3. https://indonesianunik.wordpress.com/2014/02/10/tradisi-unik-mapasilaga-tedong-tana-toraja-indonesia/
No comments:
Post a Comment