Kalosara bagi masyarakat suku Tolaki di Sulawesi Tenggara bukan hanya sebatas lilitan rotan biasanya, namun sebuah simbol tentang aturan- aturan yang harus dipatuhi oleh suku Tolaki
Ada banyak hal yang
dapat dijadikan simbol dari kekuatan dalam sebuah suku atau bangsa bahkan
negara. Baik itu simbol yang menyatakan kejantanan ataupun persatuan dan
kesatuan. Hal inipun juga dimiliki oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara. Untuk menyimbolkan
sebuah persatuan dan kesatuan, masyarat suku Tolaki menyimbolkan benda yang
berbentuk lingkaran rotan yang dikenal dengan nama Kalosara.
Suku Tolaki adalah
salah satu suku Indonesia yang mendiami pulau Sulawesi Tenggara. Kebanyakan suku
ini berdiam di kota Kendari, Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara. Suku
Tolaki biasanya hidup sebagai petani yang memiliki sifat rajin dalam bekerja. Selain
dikenal sebagai suku yang rajin dalam bekerja sebagai petani, suku Tolaki di
Kendari juga terkenal dengan semangat gotong royongnya yang sangat tinggi.
Nama Tolaki adalah
nama yang berasal dari kata To dan Laki. To bermakna orang atau manusia,
sedangkan Laki adalah laki- laki. Sehingga Tolaki dapat diterjemahkan sebagai
Orang Laki- Laki. Karena menurut mereka seorang laki- laki adalah sosok manusia
yang memiliki kekuatan, keberanian, dan kejantanan yang tinggi serta sangat
menjunjung tinggi kehormatan diri atau harga diri. Tapi suku Tolaki tidak hanya
bermakna sebagai Orang Laki- Laki. Karena sebelum nama ini digunakan, suku
Tolaki terlebih dahulu menamakan dirinya Tolohianga yang bermakna Orang Dari
Langit.
Sedangkan Kalo atau
Kalosara adalah sebuah benda yang memiliki makna mendalam bagi suku Tolaki
dalam memaknai persatuan dan kesatuan. Jika dilihat, Kalosara adalah sebuah
benda yang berbentuk lingkaran yang terbuat dari rotan yang saling melilit
kearah kiri. Salah satu ujung lilitannya disatukan dengan suatu simpul
sedangkan ujung lainnya dibarkan mencuat keluar. Biasanya Kalosara diletakan
diatas selembar kain putih dan anyaman daun palem hutan yang berbentuk persegi.
Kalosara. Sumber: laskarpelindungadattolaki.blogspot.com |
Kalosara jika
dilihat dalam sisi budaya merupakan sistem norma adat yang berfungsi mewujudkan
ide- ide yang mengkonsepsikan hal- hal yang paling bernilai dalam kehidupan
masyarakat suku Tolaki. Dalam konsep, Kalosara yang mengatur aktifitas kehidupan
masyarakat suku Tolaki dalam keseharian dikenal dengan nama Meraou. Meraou sendiri
adalah sejenis aturan khusus yang mengatur setiap orang atau individu untuk
selalu menunjukan tata krama atau sopan santun. Dari hal inilah kita bisa
mengetahui bahwa Kalosara bagi masyarakat suku Tolaki di Sulawesi Tenggara
bukan hanya sebatas lilitan rotan biasanya, namun sebuah simbol tentang aturan-
aturan yang harus dipatuhi oleh suku Tolaki. Karena itulah Kalosara tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan sehari- hari masyarakat suku Tolaki di Sulawesi
Tenggara.
Kalosara. Sumber: Youtube.com |
Sedangkan jika
dinilai dari sisi Antropologis, Kalosara adalah sebuah unsur pusat dalam
kebudayaan masyarakat suku Tolaki. Inilah hal lain yang menyebabkan Kalosara
tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari- hari masyarakat suku Tolaki karena
Kalosara sangat mendominasi banyak aktifitas atau pranata lain dalam kehidupan
suku.
Selain sebagai
simbol persatuan dan kesatuan bagi masyarakat suku Tolaki, Kalosara jika
dicermati memiliki nilai filosofis yang sangat beragam. Baik dari sisi bentuk
ataupun hal lainnya. Seperi misalnya bentuknya yang melingkar yang melambangkan
kesatuan rohani dan jasmani sebagai bentuk manusia yang utuh. Tiga lilitan
rotan yang melingkar adalah lambang keharusan untuk bersatu antara Tuhan
sebagai penguasa alam semesta dengan pemerintah yang memerintah di bumi.
Tidak hanya dalam
bentuknya, kain putih yang dijadikan alas menempatkan Kalosara juga memiliki
makna tersendiri bagi masyarakat suku Tolaki. Sehelai kain putih adalah lambang
dari kesucian, ketentraman, kesejahteraan dan kemakmuran. Sedangkan persegi
empat yang terbuat dari anyaman daun palem hutan, alas dibawah kain putih,
merupakan simbol dari unsur- unsur kesucian terhadap air dan tempar sumber mata
angin yang memberi kehidupan dan kesegaran rohani serta jasmani kepada setiap
manusia.
Kalosara. Sumber: Kalosaranews.com |
Jika dinilai dari sisi kosmologi dan sistem kepercayaan masyarakat suku Tolaki Sulawesi Tenggara, Kalosara memiliki makna filosofis yang sangat mendalam. Karena bagi masyarakat suku Tolaki Sulawesi Tenggara, Kalosara adalah simbol dari tiga hal. Yaitu sebagai simbol dari bentuk dan susunan alam semesta beserta isinya, bentuk mansia dan susunannya, serta sebagai benda yang dikeramatkan dalam bentuk upacara adat masyarakat suku Tolaki. Namun selain itu masyarakat suku Tolaki menyimbolkan bahwa lingkaran rotan sebagai simbol dari Sangia Mbu’u yang merupakan dewa tertinggi atau Allah, Sangia I Losoano eleo yang merupakan dewa di timur, dan Sangia I Tepuliano Wanua yang merupakan dewa penguasa kehidupan di bumi. Sedangkan wadah anyaman adalah simbol dari Sangia I Puri Wuta yang merupakan Dewa di dasar bumi.
Selain itu,
Kalosara juga dikenal sebagai simbol dari manusia oleh masyarakat suku Tolaki
di Sulawesi Tenggara. Lingkaran rotan adalah simbol dari kepala manusia, kain
putih adalah simbol dari badan sedangkan anyaman daun palem adalah simbol dari tangan
dan kaki atau anggota badan yang lainnya.
Suku Tolaki di
Sulawesi Barat adalah bagian kecil dari banyak kebudayaan yang dimiliki oleh
Indonesia. Kebudayaan tersebut adalah kebudayaan yang membentuk Indonesia
hingga bisa berjalan sampai dengan hari ini. Dan dari suku Tolaki kita bisa
mengetahui bahwa ajaran nenek moyang bangsa Nusantara adalah sangat erat
kaitannya dalam kehidupan sehari- hari generasi penerusnya. Dan mungkin karena
itulah kemudian nilai- nilai dari ajaran- ajaran nenek moyang bangsa Nusantara
itu disimbolkan oleh suku Tolaki di Sulawesi Tenggara dengan Kalosara agar
selalu diingat oleh masyarakat suku Tolaki.
Salah satunya dapat
terlihat dalam suatu upacara adat yang menggunakan Kalosara sebagai benda utama
dalam keberlangsungan upacara tersebut sebagai benda yang diyakini dapat menghubungkan
masyarakat suku Tolaki dengan nenek moyang mereka. Dan karena Kalosara inilah
kehidupan masyarakat suku Tolaki tidak bisa bergeser dari ajaran yang telah
diajarkan nenek moyang mereka. Dan mungkin hal ini jugalah yang menjadikan suku
Tolaki dikenal sebagai suku Tolohianga karena memegang erat ajaran- ajaran
nenek moyang mereka sampai saat ini yang mengajarkan tentang menjaga hubungan
dengan pencipta alam semesta, antar manusia, dan alam semesta yang diatur dalam
aturan- aturan adat yang harus dipatuhi. Hal inilah yang menjadikan suku Tolaki
menjadi kuat, berani, perkasa dan mampu menjaga harga dirinya di zaman modern
seperti saat ini sehingga pantas jika mereka dinilai sebagai suku Orang Laki-
Laki.
Sayanusantara
Referensi:
1. https://kuliahsejarah.wordpress.com/2015/07/05/kebudayaan-kalosara-di-masyarakat-suku-tolaki-sulawesi-tenggara/
2. http://ichal.damai.id/2015/10/16/kalosara-adat-pemersatu-masyarakat-kendari/
No comments:
Post a Comment