Menjaga Sumber Mata Air dengan Tradisi Tuk Babon di kabupaten Boyolali

 Keadaan sumber air haruslah di hargai dan diperhatikan keberadaannya oleh manusia. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Boyolali yang menghargai Tuk Babon


Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menysukuri nikmat kekayaan alam yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa di bumi Nusantara ini. Seperti menghentikan ekplorasi alam yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem yang sudah ada. Atau juga seperti yang dilakukan oleh masyarakat di kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dengan melakukan tradisi Tuk Babon.
Tepatnya berada di desa Celo, kecamatan Cepogo, terdapat sebuah mata air yang berada di lereng gunung Merbabu dan masyarakat bersama tiga desa lainnya bersama- sama menggelar tradisi Tuk Babon untuk menjaga sumber mata air ini. Tuk berasal dari bahasa Jawa yang bermakna sumber mata air. Sedangkan Tuk Babon dapat diartikan sebagai sumber mata air utama. Dikatakan sebagai mata air utama karena mata air ini telah menghidupi empat desa yang letaknya tidak jauh dari letak mata air itu.
Tradisi Tuk Babon biasanya dilaksanakan dengan mengiring gunungan hasil bumi keliling kampung sebelum diiring ke sumber mata air. Walaupun letaknya 1,5 km dari pemukiman warga, warga selalu penuh semangat untuk mengikuti tradisi ini sampai selesai. Dan tidak hanya masyarakat setempat saja yang biasanya mengikuti tradisi ini, melainkan juga sejumlah utusan dari abdi dalem keraton Surakarta.
Namun tradisi ini tidak hanya dilakukan dengan cara mengiring gunungan makanan saja, melainkan juga terdapat ritual-ritual lainnya. Seperti misalnya menanam kepala dan kaki kambing yang sudah disembelih terlebih dahulu untuk dijadikan pelengkap gunungan sebagai simbol sebuah harapan dan pengorbanan masyarakat. Dan kemudian do’a- do’a pun dibacakan oleh pemimpin adat di sumber mata air tersebut.

Setelah pembacaan do’a, seorang warga kemudian mengambil air dengan kendi air dari sumber mata air itu secara langsung. Air tersebut kemudian di do’akan bersama-sama untuk kemudian dibagikan sepercik- percik kepada masyarakat yang meyakini akan keberkahan dari air tersebut. Dan setelah pembagian tersebut, digelarlah acara makan bersama gunungan yang yang tadi diiring- iring.


Iring- Iringan Tuk Babon Sumber Gambar: http://solorayacyber.com/wp-content/uploads/2014/12/ritual-tuk-babon.jpg

Walaupun ada proses penyembelihan hewan ternak dan penanaman beberapa bagiannya, tentu saja ini memiliki makna tersendiri bagi masyarakat setempat. Karena bagi mereka, penyembelihan hewan dan penanaman berapa bagian dari hewan tersebut adalah simbol dari pengorbanan. Bahwa masyarakat rela berkorban untuk dapat menjaga sumber mata air Tuk Babon. Sedangkan bagian kepala dan kaki ditanam, bagian- bagian lain dari hewan ternak tersebut dimakan bersama-sama di area sumber mata air. Dan makan bersama ini, bagi masyarakat setempat, juga merupakan simbol dari wujud kebersamaan mereka yang selama ini tercukupi kebutuhan airnya dari Tuk Babon.
Air merupakan salah satu faktor terpenting didalam kehidupan makhluk hidup. Tidak ada makhluk hidup, terutama manusia, yang bisa bertahan hidup tanpa adanya air. Sehingga keadaan air haruslah di hargai dan diperhatikan keberadaannya oleh manusia. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Boyolali yang menghargai Tuk Babon. Memang sangat erat kaitannya dengan kegiatan yang bersifat klenik karena tidak sesuai dengan beberapa ajaran agama bagi sebagian orang. Tapi sebenarnya inilah essensi dari nilai- nilai agama. Yaitu untuk dapat hidup berdampingan dengan alam semesta dan menghargai serta menjaga kehadiran mereka.

Referensi:



No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...