Leluhur atau nenek moyang adalah sosok penting didalam kehidupan manusia. Karena dari mereka itulah manusia- manusia yang ada pada saat ini mendapatkan banyak pelajaran penting tentang tata cara hidup dan berkehidupan.
Banyak yang dilakukan oleh masyarakat
tradisional Indonesia untuk tetap dapat berhubungan dengan leluhur mereka. Ada
yang membuat semacam tugu peringatan ataupun menjadikan tempat dimana dahulu
leluhur mereka sering berada menjadi tempat suci dan ritual. Hal inipun
ternyata terjadi juga di tanah Papua, Lembah Baliem, yang menjadikan leluhur
mereka mumi untuk terus berhubungan dengannya.
Leluhur atau nenek moyang adalah sosok
penting didalam kehidupan manusia. Karena dari mereka itulah manusia- manusia
yang ada pada saat ini mendapatkan banyak pelajaran penting tentang tata cara
hidup dan berkehidupan. Itulah yang menjadikan banyak tempat di Indonesia
ajaran leluhur masih digunakan didalam kehidupan sehari- hari dibandingkan
ajaran- ajaran mayoritas mainstream yang ada.
Di Lembah Baliem, Papua, terdapat sebuah mumi
yang kini usianya sudah lebih dari 250 tahun. Dan walaupun sudah berusia lebih
dari 2 abad, keadaan mumi tersebut masihlah dalam keadaan baik karena selalu
dirawat dengan baik. Nama mumi tersebut adalah Wimotok Mabel.
Wimotok Mabel bukanlah seorang biasa. Karena
menurut riwayatnya, Wimotok Mabel adalah seorang panglima perang yang sangat
terkemuka pada masa hidupnya dahulu. Bahkan konon Wimotok Mabel merupakan sosok
yang sangat disegani yang namanya sangat dikenal melebihi banyaknya tempat dia
pernah berperang semasa hidupnya.
Mumi Papua. Foto: brilio.net |
Permintaan dari Wimotok Mabel pada masa hidup
untuk memumikan jenazahnya kelak bukanlah tanpa alasan yang jelas. Melainkan dengan
tujuan yang pasti dan sangat berpengaruh terhadap generasi penerusnya. Wimotok
Mabel ingin sosoknya selalu dikenang oleh generasi selanjutnya karena reputasi
yang dimilikinya. Wimotok Mabel adalah simbol dari kesejahteraan, kekuatan,
keberanian, dan kesuksesan.
Membutuhkan waktu yang cukup lama dalam
membuat satu mumi secara tradisional seperti yang dilakukan di Lembah Baliem
ini. Seperti misalnya pada awal proses, jenazah yang akan dijadikan mumi akan
dibalur dengan lemak babi dan diasapi selama lebih dari 150 hari di rumah
tradisional masyarakat Papua, Honai. Pengasapan yang sangat lama tersebut akan
menjadikan jenazah mengering, menghitam, dan mengeras.
Setelah di asapi dan menjadi keras, mumi
kemudian dibungkus dengan daun pisang selama 5 tahun untuk menyempurnakan
proses mumifikasi. Sedangkan dalam proses perawatan, mumi hanya dibalur kembali
dengan lemak babi dan diletakkan di dekat api unggun disetiap malamnya. Proses
yang memakan waktu lama ini terbukti menjadikan mumi tahan lama dan tidak
dirusak oleh rayap.
Mumi Wimotok Mabel yang dijadikan simbol dari
keberanian dan harga diri tersebut terbukti sangat ampuh untuk menjadikan
generasi muda di daerah setempat memiliki mental dan kemampuan yang kuat dalam
bertahan hidup ataupun pada saat berperang. Hal ini karena dengan adanya mumi
Wimotok Mabel mereka menjadi selalu ingat dengan wibawa desa mereka yang
merupakan desa yang kuat dan disegani.
Mumi Papua. Foto: brilio.net |
Dari mumi Wimotok Mabel di lembah Baliem
Papua kita mendapatkan pelajaran bahwa manusia tidak pernah bisa lepas dari
ajaran leluhur mereka. Ajaran leluhur itulah yang menjadikan mereka yang masih
hidup mengetahui siapa atau apa jati diri mereka sebenarnya. Walaupun jika
dilihat dari sisi berbeda, keberadaan mumi ataupun simbol banyak ditentang oleh
aliran kepercayaan mainstream karena bersentuhan langsung dengan penduaan
Tuhan. Karena perbedaan pendapat inilah yang menjadikan banyak masyarkat
tradisional yang ada di Indonesia menjauhi aliran kepercayaan mainstream ini.
Apapun yang diyakini oleh setiap orang
ataupun setiap kelompok, terkadang hanya perlu pemahaman yang lebih dalam
ketika melihat sebuah permasalahan untuk dapat mengerti mengapa ada orang atau
suatu kelompok melakukan hal tersebut. Karena salah satu cara bersatunya
Indonesia adalah dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu.
Bahasa adalah persepsi. Ini Nusantara Kita.
Sayanusantara
Referensi:
http://www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/tubuh-kering-di-lembah-baliem
http://marischkaprudence.blogspot.co.id/2013/01/mumi-panglima-perang-yang-menghidupi.html
No comments:
Post a Comment