Waruga adalah salah satu cara yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Nusantara agar terus dekat dengan leluhurnya..
Sulawesi
Utara adalah salah satu tujuan pariwisata yang banyak dikunjungi oleh
wisatawan, baik domestik ataupun internasional. Terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya,
Bunaken di Sulawesiu Utara pun tidak butuh waktu lama untuk dikenal oleh dunia.
Keindahan alam bawah laut yang disajikan di Bunaken sangat luar biasa dan
ternyata mampu menaklukan hati banyak wisatawan sehingga banyak yang datang
ketempat ini berkali- kali. Tapi ternyata, Sulawesi Utara tidak hanya dikenal
dengan keindahan bahwa laut di Bunaken. Terdapat hal lain yang dapat menarik
hati wisatawan untuk datang ke Sulawesi Utara, yaitu tradisi pemakaman orang
Minahasa.
Video Keindahan alam Bunaken, Manado, Sulawesi Utara, Indonesia
(Sumber video: www.Youtube.com. Upload oleh zona wisata)
Tidak
hanya Bali yang terkenal dengan pemakamannya (lihat makam Terunyan disini),
tapi ada juga pemakaman di Minahasa, Sulawesi Utara, yang memiliki tradisi unik
dalam pemakaman warga- warganya. Banyak didaerah Minahasa ditemukan sebuah
tempat bersejarah berisi peti batu yang digunakan untuk menyimpan jenazah orang
yang sudah mati. Peti batu itu dikenal dengan nama Waruga.
Tombulu
adalah salah satu subetnik dari suku Minahasa yang sebagian penduduknya berada
di kecamatan Pineleng Minahasa adalah salah satu pelestari tradisi tua ini. Ada
beberapa pihak yang mengatakan bahwa peti batu Waraga adalah salah satu
peninggalan purbakala yang diyakini sebagai salah satu cara untuk menghormati
leluhur bagi orang Minahasa penghuni kuburan batu tersebut.
Waruga di Minahasa Sulawesi Utara Indonesia (Sumber Gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/a6/Waruga_grave3.jpg) |
Berbeda
dengan peti pada umumnya, jenazah yang dimasukkan kedalam Waruga biasanya
dimakamkan dalam posisi terjongkok. Kedua lutut menempel pada bokong dan kepala
menempel ke lutut kaki. Jenazah yang dimakamakan dengan Waruga selalu dihadapkan
kearah utara karena menurut keyakinan masyarakat setempat, orang Minahasa
berasal dari Utara.
Dalam
bahasa setempat, Waruga berasal dari dua buah kata. Yaitu kata waru dan ruga. Dalam
bahasa Minahasa waru artinya adalah rumah sedangkan ruga adalah badan. Jadi secara
sederhana Waruga adalah rumah yang berbadan. Namun selain dikenal dalam bahasa
Minahasa, Waruga berasal dari kata Maruga yang merupakan bahasa Tombulu,
Tondano, Tonsea yang artinya direbus. Atau dari kata Maruga yang berasal dari
bahasa Minahasa kuno yang berarti menjadi lembek atau cair. Hal menjadi cair
ini dikarenakan biasanya jenazah yang dimakamkan di Waraga, setelah sekian
lama, akan mengeluarkan cairan dari sela- sela batu. Oleh karena itulah pada
tahun 1800-an penggunaan Waruga dilarang oleh pemerintahan Belanda yang berada
di Minahasa karena mengkhawatirkan penyebaran penyakittipus, pes, dan kolera
karena rembesan cairan yang keluar dari sela- sela peti batu.
Namun
makam batu ini tidak hanya dikenal di Minahasa. Karena Waruga juga ada di
daerah- daerah lain di Nusantara yang dikenal dengan nama berbeda. Seperti misalnya
ada dipulau Bali yang dikenal dengan nama Sakofag, di Jawa Timur dikenal dengan
nama Padusa, Sumatera Utara dengan nama Tomok dan di pedalaman Kalimantan
dengan nama Sanding. Perbedaan yang ada didaerah- daerah tersebut biasanya
berupa bahan yang digunakan dan juga hiasan yang menghiasi peti batu. Dan batu
yang biasanya digunakan untuk pembuatan Waruga di MInahasa adalah dari jenis
batu gunung yang ketika telah menjadi Waruga beratnya bisa mencapai 400kg. Namun
secara umum, penggunaan Waruga adalah sama dengan peti batu yang ada di banyak daerah di
Nusantara.
Sekilas tentang Waruga di Minahasa
(Sumber Video: www.Youtube.com/ upload oleh hery rooroh)
Karena
merupakan salah satu benda warisan sejarah, Waruga juga menarik penelitian para
peneliti untuk meneliti asal- usul Waruga. Seperti misalnya penelitian oleh
C.T. Bertling yangditulis dalam sebuah artikel berjudul De Minahasce Waruga en Hockerbestung yang pernah diterbitkan oleh
majalah Nederlansche Indie Oud En Niew
nomer XVI dari Belanda pada tahun 1931. Namun
sangat disayangkan karena penelitian- penelitian yang dilakukan tidak pernah
tuntas karena berbagai macam hal. Tapi walaupun seperti itu, dari berbagai
macam penelitian tersebut, setidaknya ada satu hal yang ditarik sebagai
kesimpulan; bahwa Waruga adalah tanda dari kesetiaan dan penghormatan terhadap
leluhur.
Namun
walaupun sudah menjadi tradisi di masyarakat Minahasa, nyatanya tidak semua
warga yang ada dimakamkan dengan cara seperti itu. Walaupun biasanya Waruga
biasa diletakan dipekarangan rumah atau kolong rumah panggung, biasanya hanya
warga yang memiliki posisi penting dalam kemasyarakatan di Minahasa. Oleh karena
itu jumlah Waruga di Minahasa jumlahnya tidak sebanyak warga yang ada.
Keindahan
lain pada peti batu Waruga, biasanya dinding batu dihiasi dengan relief- relief
seperti terlihat pada relief candi- candi di pulau Jawa. Biasanya relief-
relief tersebut mengisahkan tentang cara meninggal orang yang dimakamkan
didalam Waruga ataupun kisah hidup orang tersebut. Seperti misalnya jika relief didinding peti
batu adalah gambar- gambar binatang, maka dapat dipastikan bahwa orang yang
dimakamkan adalah seorang pemburu pada masa hidupnya.
Waruga
adalah salah satu cara yang diwariskan oleh nenek moyang bangsa Nusantara agar
terus dekat dengan leluhurnya. Cara ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan
dan sebagai sarana pengingat agar ajaran- ajaran yang diajarkan oleh mereka
tidak hilang atau dilupakan oleh generasi selanjutnya. Karena ajaran- ajaran
yang diwariskan oleh nenek moyang adalah salah satu hal yang penting pada jaman
modern seperti sekarang ini. Ajaran- ajaran yang dikemas dalam bentuk budaya
dan tradisi tersebutlah yang kemudian akan menjadi tameng yang akan melindungi
keberlangsungan Indonesia ditengah arus globalisasi yang membawa budaya- budaya
asing masuk ke Indonesia. Jadi, jika kalian ingin mempelajari atau sekedar
berkunjung, salah satu tempat dimana Waruga banyak ditemukan adalah di dusun
Lota yang berada di kecamatan Peneleng, kabupaten Minahasa yang letaknya tidak
terlalu jauh dari kabupaten Bunaken Manado. Dan jika ingin menggunkan travel
agent, lihat kiat- kiatnya memilih travel agent disini.
salam
Sayanusantara.blogspot.co.id
Referensi:
No comments:
Post a Comment