Melalui karya tulisnya Kartini mengungkapkan tentang kehidupan perempuan pribumi di tanah Nusantara, terutama di Jawa...
Siapa yang tidak mengenal sosok Kartini di Indonesia? Kartini adalah
salah satu sosok fenomenal yang pernah dimiliki bangsa Nusantara karena jasa-
jasanya. Bahkan tidak hanya di Indonesia, nama Kartini juga dikenal oleh banyak
bangsa yang ada di dunia karena pemikirannya. Berbeda dengan jasa- jasa
pahlawan lainnya yang berjuang demi kemerdekaan Republik Indonesia, Kartini
berjuang demi kesetaraan wanita dihadapan kaum pria atau yang lebih dikenal
dengan emansipasi wanita. Dan perbedaan lainnya dengan para pahlawan
kemerdekaan Republik Indonesia adalah bahwa Kartini tidak berjuang dengan
senjata, melainkan dengan sastra.
Nama lengkap Kartini adalah Raden Adjeng Kartini. Raden Adjeng adalah
gelar yang disematkan kepada anak dari para bangsawan pada masa lalu. Lahir di
Jepara, Jawa Tengah pada 21 April 1879, Kartini hidup selama 25 tahun sampai
beliau meninggal pada 17 September 1904 di Rembang, Jawa Tengah.
Kartini. Sumber: Wikipedia |
Namun walaupun tidak lagi bersekolah, Kartini tetap belajar dengan giat
ketika berada di rumah. Dengan kemampuan berbahasa Belanda yang baik, Kartini dapat
membaca buku- buku, koran ataupun majalah yang berasal dari Eropa, khususnya
Belanda. Buku- buku asing yang dibaca oleh Kartini muda ternyata mampu
memberikan inspirasi pemikiran tersendiri bagi Kartini tentang pola pikir
wanita di negara lain dan keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi. Karena
bagi Kartini, ketika membandingkan kehidupan perempuan pribumi dengan perempuan
dari negara lain, kehidupan perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Pemikiran tersebut kemudian dia tulis didalam sebuah surat- surat yang dia
kirimkan kepada teman- temannya yang merupakan korespondensi dari Belanda. Salah
satunya ada Rosa Abendanon.
Pemikiran Kartini tentang status sosial perempuan pribumi kepada teman-
teman asing inilah titik awal dari perjuangan Kartini dalam memperjuangkan hak-
hak perempuan. Seringnya surat- surat yang dikirim oleh Kartini mendapatkan
banyak pihak dari Belanda mendukung pemikiran yang diusung oleh Kartini. Dukungan-
dukunganpun banyak mengalir yang semakin membuat semangat Kartini semakin
menggelora untuk berjuang.
Dukungan yang didapat Kartini atas buah pikirannya menjadikan Kartini
semakin giat menulis dan membaca. Beberapa surat kabar yang dibaca Kartini
adalah surat kabar Semarang De Locomotief
asuhan Pieter Brooshooft dan majalah wanita Belanda De Holladsche Lelie. Tapi tidak hanya surat kabar saja yang dibaca
oleh Kartini muda, bahkan sebelum usianya menginjak 20 tahun, Kartini sudah
membaca banyak buku. Seperti buku bejudul Max
Havelaar dan Surat- Surat Cinta karya Multatuli, De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus, buku karya Van
Eedenm, buku karya Augusta de Witt, buku roman- feminis karya Goekoop de-Jong
Van Beek, dan buku roman anti-perang karya Berta Von Suttner, Die Wafen Nieder.
Semua buku yang dibaca Kartini adalah buku- buku yang berbahasa Belanda.
Pemahaman yang didapat dari buku- buku yang dibacanya menjadikan
pemikiran Kartini semakin kaya dan terbuka. Dan untuk memperkenalkan buah
pikirannya tersebut, tidak jarang Kartini mengirim tulisannya yang dimuat di
media cetak De Hollandsche.
baca juga: tiga langkah mudah mencintai Indonesia
Melalui tulisan- tulisannya Kartini mengungkapkan tentang kehidupan
perempuan pribumi di tanah Nusantara, terutama di Jawa. Kartini melihat bahwa
perempuan pribumi tidak bisa hidup dengan bebas karena terikat oleh aturan-
aturan tertentu yang tidak tertulis. Seperti tidak bisa bebas mendapatkan
pendidikan di sekolah, harus bersedia di pingit dan dinikahi oleh laki- laki
yang tidak dikenal dan tidak dicintainya, dan harus bersedia di madu. Permasalahan
inilah yang coba dipecahkan oleh perjuangan Kartini sehingga perempuan-
perempuan pribumi mendapatkan hak- hak yang sama dengan hak- hak yang dimiliki
kaum laki- laki pribumi.
Harapan- harapan Kartini tehadap kehidupan sosial kaum perempuan pribumi
tergambar dengan jelas dalam tulisan- tulisannya. Secara umum, tulisan- tulisan
Kartini berdasar kepada Religiwusiteit,
Wijsheid en Schoonheid (Ketuhanan, Kebijaksanaan, dan Keindahan), dan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (Cinta tanah air).
Kartini berbeda dengan pahlawan nasional lainnya yang ada di Indonesia. Karena
mungkin hanya Kartini sajalah yang berjuang demi persamaan hak dengan tulisan. Tulisan-
tulisan Kartini ternyata mampu memberikan sebuah inspirasi tersendiri bagi
teman- temannya di luar Nusantara sehingga rela mendukung gerakannya yang
termasuk gerakan ‘melawan arus’
karena menentang adat yang sudah berlaku sejak lama.
Terlepas dari banyaknya kontroversi tentang Kartini sebagai pahlawan
nasional, dari Kartini kita bisa mengambil sebuah pelajaran tersendiri bahwa
sebuah tulisan dapat mempengaruhi keadaan sosial dunia. Berapa banyak tulisan
yang dibuat atas dasar suatu kejadian ataupun buah pikiran yang dapat
menginspirasi orang untuk bertindak? Tulisan ternyata lebih banyak berbicara
dibandingkan dengan suara. Dan itulah yang sudah dibuktikan oleh Kartini.
Kutipan Terkenal Ir.Soekarnao- Presiden Petama Republik Indonesia |
Mungkin saja teman- teman asal Belanda Kartini tidak pernah berjumpa
dengan Kartini secara langsung. Tapi dengan membaca tulisan- tulisan Kartini,
mereka menjadi tahu seperti apa Kartini itu. Baik secara psikologi, pendidikan,
bahkan arah pemikiran. Tulisanlah yang kemudian menjadikan nama Kartini masih
dikenang sampai dengan saat ini.
Terdapat sebuah kutipan yang mengatakan bahwa “Sesungguhnya dunia itu berasal dari sebuah tulisan”. Hal yang
mendasari kutipan ini adalah bahwa manusia modern seperti saat ini tidak akan
mengenal apa itu dunia dan apa saja yang ada didalamnya kecuali lewat sebuah
tulisan. Semua itu terjadi karena hasil penelitian dari para peneliti ditulis
oleh mereka sehingga tulisan itu bisa kita baca dan mengerti apa yang mereka
ketahui.
Jadi untuk dapat menjadi sesuatu yang besar, untuk memperjuangkan
sesuatu, mulailah menulis seperti yang dilakukan oleh Kartini. Karena hanya
dengan tulisanlah dunia akhirnya mengetahui bahwa terdapat seorang pejuang kemanusiaan
yang rela berjuang dan berkorban di tanah Nusantara seperti Kartini. Tetapi
tentu saja, Kartini hanyalah seorang contoh yang telah memberikan kita contoh bagaimana
cara berjuang. Generasi muda Indonesia lah kemudian yang harus menjadi ‘terang’
agar dapat menerangi Indonesia lewat karya- karya nyata. Karena ketika kita mampu berkarya nyata, dunia
pasti akan lebih mengenal lagi Indonesia melebihi dikenalnya Indonesia pada
masa Kartini dan pejuang- pejuang kemerdekaan lainnya.
Karena mungkin itulah maksud dari kutipan Habis Gelap Terbitlah Terang
yang menerangkan tentang suatu periode waktu. Dari masa tidak diketahui, masa
yang gelap, masa dimana segalanya menjadi terasa tidak jelas menjadi sesuatu
yang terang, dipahami, dimengerti, dikenal. Dimana masa sebelum Kartini
memperjuangkan hak- hak wanita adalah masa gelap, masa pejuangan Kartini adalah
terbit, dan masa kini adalah terang. Karena Kartini adalah seperti api pematik
yang akan menyalakan api besar yang dapat menerangi semua yang gelap. Dan api
yang besar itu adalah generasi muda Indonesia.
Sayanusantara
Referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini
No comments:
Post a Comment