Pareresan dan Mipit, Tradisi Manghargai Alam Masyarakat Majalengka

Walaupun tradisi Pareresan dan tradisi Mipit sarat akan takhayul bagi sebagian orang, namun inilah salah satu tradisi asli Indonesia di tanah Sunda

Indonesia yang merupakan negara agraris adalah negara yang hampir sebagian besar penduduknya hidup dengan cara bertani. Dan hidup dengan cara bercocok tanam ini sudah merupakan kekayaan budaya tersendiri bagi Indonesia yang sudah diwariskan oleh leluhur tanah air untuk dapat hidup berdampingan dengan alam sekitar. Dan untuk menjaga keberlangsungan keseimbangan tersebut, berbagai macam kegiatanpun dilakukan. Salah satuya adalah tradisi Pareresan di Majalengka.
Majalengka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Barat yang hampir seluruh masyarakatnya bekerja sebagai petani. Dan sebagai petani, mereka menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara mengolah alam. Mereka menjaga, melestarikan, dan melindungi alam sekitar agar alam senantiasa menjaga mereka dari berbagai macam bencana yang mereka yakini dapat menimpa mereka jika mereka lalai terhadap alam.
Mungkin itulah kemudian dikenal tradisi Pareresan yang merupakan tradisi untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Tradisi yang sudah diwariskan oleh para leluhur masyarakat Majalengka ini masih melekat erat didalam setiap diri masyarkatnya. Dan selain sebagai cara mengungkapkan rasa syukur, tradisi ini juga mengajarkan masyarakat untuk selalu menjaga lingkungan hidup.
Pareresan biasanya dilakukan pada minggu- minggu akhir bulan rajab (kalender islam). Karena pada bulan- bulan inilah biasanya masyarakat setempat memetik panen hasil buminya. Dan pengaruh kuat agama islam pun melekat kuat didalam setiap diri masyarakatnya. Itulah kenapa tradisi Parerean ini biasanya dilakukan dengan cara syukuran. Memanjatkan do’a- do’a kepada leluhur agar panen berikutnya dapat lebih baik dan kehidupan di desa menjadi lebih sejahtera.
Namun tradisi ini tidak hanya dilakukan dengan cara membaca do’a- do’a saja, karena biasanya acara ini ditutup dengan memakan nasi tumpeng bersama. Nasi tumpeng yang merupakan simbol dari kekayaan alam ibu pertiwi tersebut dibawa masing- masing keluarga untuk dimakan bersama- sama atau dibagi- bagikan kepada warga dan tetangga- tetangga.

Petani Indonesia, sumber gambar: https://pixabay.com/static/uploads/photo/2015/07/29/19/43/farmer-866487_960_720.jpg



Biasanya acara syukuran ini dipimpin oleh seorang putera daerah yang sudah memiliki pangkat yang cukup tinggi dimasyarakat bersama beberapa pemuka agama. Dan acara ini bukanlah acara untuk beberapa keluarga saja, tapi dihadiri oleh seluruh warga yang ada di desa. Sehingga secara tidak langsung acara ini merekatkan hubungan persaudaraan dan kekeluargaan diantara warga. Terlebih biasanya obrolan yang di obrolkan adalah obrolan tentang silsilah keluarga oleh tetua setempat.
Obrolan tentang silsilah keluarga ini atau biasa disebut Pancakaki ini gunanya untuk mengingatkan semua warga asli setempat bahwa disana mereka semua masih terikat oleh tali persaudaraan sehingga berbagai macam permasalahan yang timbul pun harus diselesaikan secara kekeluargaan.
Tapi masyarakat Majalengka tidak hanya mengenal tradisi Pareresan dalam menjalani kehidupannya sebagai petani. Karena disana juga ada tradisi lainnya yang disebut Mipit. Bedanya, tradisi Mipit ini dilaksanakan sebelum panen. Jadi masyarakat membuat sesajen untuk diletakkan di sawah yang akan dipanen. Tradisi ini mungkin bermaksud agar sawah yang akan dipanen tidak terkena hama atau penyakit sehingga hasilnya sedikit.

Petani Padi Indonesia. Sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/69/Malasari_panen_padi.JPG/1280px-Malasari_panen_padi.JPG



Walaupun tradisi Pareresan dan tradisi Mipit sarat akan takhayul bagi sebagian orang, namun inilah salah satu tradisi asli Indonesia. Disinilah kemudian dapat terlihat pameo yang terkenal itu, Silih Asih-Silih Asah-Silih Asuh- Silih Wangi. Atau tradisi saling memberi, saling menjaga, saling melindungi dan saling menghormati yang merupakan tradisi asli tanah air untuk menunjukan rasa terima kasih atas nikmat yang sudah diberikan Tuhan Yang Maha Esa melalui kekayaan alam yang ada di Indonesia.

referensi tulisan:

http://sangiang.desamajalengka.or.id/2015/01/18/pareresan-panen-raya-desa-sangiang/
Travel.Fajarnews



<< Sebelumnya                   Selanjutnya >>

No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...