Indonesia yang terkenal sebagai negara agraris juga
ternyata terkenal dengan tradisi pada saat masa tanam dan juga saat panen. Banyak
tradisi yang dilakukan sebagai ajang permohonan kepada Yang Maha Kuasa pada
saat sebelum masa tanam agar hasil yang diharapkan bisa tercapai maksimal. Tapi
ada juga tradisi yang dilakukan setelah masa panen tiba. Banyak daerah yang
melaksakan tradisi setelah masa panen dengan tujuan rasa syukur atas hasil
panen yang melimpah.
Di Sambas, terdapat juga tradisi yang berhubungan
dengan pertanian seperti dijelaskan diatas. Mereka mengenalnya dengan sebutan
Amping. Amping sebenarnya adalah nama untuk salah satu kuliner tradisional
masyarakat Sambas yang terbuat dari padi. Namun walaupun begitu, tradisi
pembuatan Amping tersebut biasa dilakukan pada saat panen tiba.
Ngamping merupakan hasil kreasi petani padi pada tempo
dulu. Tepatnya pada masa tanah Nusantara masih dijajah oleh Belanda. Pada saat
itu masyarakat yang kesulitan mencari makanan hanya bisa mengkonsumsi padi dari
sawah mereka. Karena hal itulah kemudian petani- petani padi sawah tersebut
mencoba untuk melakukan berbagai percobaan dengan padi yang mereka miliki. Salah
satunya dengan cara mengambil bulir padi yang masih setengah matang untuk
mereka coba konsumsi.
Bulir- bulir padi tersebut kemudian diolah sampai
dengan terdengar letupan 3-4 kali. Dan hasil
olahan tersebut kemudian ditumbuk didalam sebuah lesung hingga halus. Kemudian
hasil tumbukan yang sudah halus tadi diampik agar ampas amping tersebut bisa dibuang.
Ngamping. Sumber: Muarareradio.blogspot.com |
Menumbuk amping inilah yang kemudian menjadi sebuah
tradisi bagi masyarakat kabupaten Sambas. Karena pada saat menumbuk amping
didalam lesung dengan alu mengeluarkan sebuah suara yang memiliki irama, maka
tidak jarang ketika tradisi ini berlangsung banyak orang yang datang untuk
berkumpul karena tertarik oleh suara tersebut. Menumbuk Amping di Lesung dengan
Alu biasanya dilakukan oleh kaum ibu- ibu yang terdiri sampai 5 orang dalam
satu lesung. Dan karena banyak yang menumbuk inilah suara yang dihasilkan dari tumbukan
lesung dan alu menciptakan sebuah lantunan irama.
Jaman dahulu kala sebelum banyak kendaraan, suara
dari satu lesung bisa terdengar sampai radius satu kampung. Sehingga kemudian
lesung dan alu dijadikan sarana untuk mengumpulkan orang- orang yang ada di
kampung. Dan karena alasan inilah kemudian tidak jarang suara dari tumbukan
lesung dan alu dijadikan sebagai sarana penanda waktunya untuk berkumpul dan melakukan
silaturahim antar warga bahkan dijadikan sarana untuk mencari jodoh bagi
pemuda- pemudi yang ada.
Namun kini lantunan dari lesung dan alu tidak
semeriah dahulu. Karena pembabatan hutan berpengaruh kepada ketersediaan kayu
Laban yang dijadikan sebagai bahan pembuatan lesung. Karena hanya dengan kayu
Laban lah suara yang dihasilkan dari lesung menjadi nyaring dan merdu. Berbagai
macam kayu kemudian dicoba untuk mengantikan kayu Laban sebagai bahan pembuatan
Lesung. Namun hasil yang didapatkan tidaklah sama dengan ketika menggunakan
bahan dari kayu Laban. Karena lesung yang terbuat dari kayu Laban selain
menghasilkan suara yang merdu dan bertekstur halus, juga merupakan kayu yang
keras dan tahan lama hingga puluhan tahun.
Tidak pernah disangka bahwa pembabatan hutan selain mempengaruhi ekosistem makhluk hidup yang ada didalam hutan secara tidak langsung juga mempengaruhi tradisi dan budaya yang sudah lama ada di masyarakat Indonesia. Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alamnya, menjadikan bangsa Indonesia sangat bergatung kepada keadaan alam. Mulai dari industri, ekonomi, wisata, hingga budaya.
Tidak pernah disangka bahwa pembabatan hutan selain mempengaruhi ekosistem makhluk hidup yang ada didalam hutan secara tidak langsung juga mempengaruhi tradisi dan budaya yang sudah lama ada di masyarakat Indonesia. Indonesia yang sangat kaya akan sumber daya alamnya, menjadikan bangsa Indonesia sangat bergatung kepada keadaan alam. Mulai dari industri, ekonomi, wisata, hingga budaya.
Ngamping. Sumber: Log.Viva.co.id |
Tradisi Amping di Sambas membuktikan bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang cerdas karena mampu memecahkan permasalahan yang sedang
dihadapinya walaupun dengan sumber daya yang sangat terbatas. Seperti misalnya
para pahlawan kemerdekaan yang mampu mengusir para penjajah dan meraih
kemerdekaan walaupun hanya dengan bambu runcing dan para petani yang mampu
berinovasi menciptakan sebuah makanan pokok dari bahan padi. Hal ini
membuktikan bahwa selain bangsa yang cerdas, bangsa Indonesia adalah bangsa
yang memiliki semangat yang besar untuk dapat terus berjuang meraih kehidupan
yang lebih baik. Inilah yang dicoba dipertahankan oleh masyarakat Sambas
melalui tradisi ngamping ini. Karena selain sebagai sarana untuk bersilaturahim
untuk mempererat hubungan kekeluargaan, persaudaraan, dan persatuan, tradisi
ini juga dijadikan sebagai sarana ucap syukur atas nikmat karunia yang sudah
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Referensi:
http://www.kalbarsatu.com/tradisi-ngamping-bagi-masyarakat-sambas/
No comments:
Post a Comment