Ternyata di Nusantara terdapat budaya Silih atau dalam bahasa Indonesianya budaya Saling. Budaya ini adalah budaya saling ketergantungan dengan alam sekitar. Namun bukan sembarang ketergantungan, tapi budaya saling menjaga kelangsungan hidup alam sekitar dengan saling mentergantungkan untuk dapat saling memperhatikan.
Mungkin kawan- kawan
sering mendengar ungkapan Silih Asih, Silih Asah, Silih Asuh dan Silih Wangi.
Itu adalah sebuah ajaran Nusantara dalam menjalani kehidupan dimana ajaran ini
mengajarkan bahwa setiap masyarakat Nusantara harus menghargai alam sebagai
tanda syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Yang pertama kita
mengenal adanya Silih Asih atau yang dalam bahasanya adalah Saling Memberi (Asih- Mengasih-Memberi).
Bahwa sebagai manusia kita harus saling menumbuhkan rasa kasih sayang dengan
cara saling memberi. Seperti kita yang telah diberi banyak kenikmatan oleh
Tuhan dalam bentuk banyaknya kekayaan yang ada di tanah Nusantara. Pemberian
Tuhan yang tidak dapat kita bandingkan dengan apapun ini haruslah kita hargai
dengan cara Silih Asah atau Saling Mengasah/ Mempetajam Diri. Mempertajam diri
maksudnya adalah meningkatkan kualitas pengetahuan kita tentang alam ataupun
hal- hal umum lainnya sehingga kita bisa Silih Asuh.
Silih Asuh adalah
sebuah tradisi untuk saling mengasuh (Asuh) atau menjaga. Bahwa kita yang telah
diberikan banyak kenikmatan dari Tuhan Yang Esa haruslah kembali menjaga alam
dengan cara terus meningkatkan intelektualitas diri dalam mengelola alam.
Inilah makna dari tradisi Silih. Yaitu tradisi saling menghargai alam dimana
manusia juga terkandung didalamnya. Bahwa Nikmat yang Tuhan berikan kepada kita
haruslah kita syukuri dengan cara terus meningkatkan pengetahuan sehingga kelak
kita bisa menjaga nikmat yang telah Tuhan berikan itu.
Pic by. Wikipedia
Seperti misalnya
ketika Tuhan telah memberikan nikmat Hutan Tropis kepada tanah Nusantara dimana
didalam hutan itu terkandung banyak kekayaan alam seperti flora, fauna, serta
mineral. Tugas kita adalah memperkaya pengetahuan kita untuk mengerti bagaimana
cara menjaga (mengasuh) itu semua agar tidak punah dan terus memberikan manfaat
positif kepada kita. Menjaga alam adalah cara kita secara aplikatif dalam mengucap syukur kepada
Tuhan atas karunia-nya. Karena syukur itu tidak hanya sebatas diucapkan.
Titik akhir dari ketiga
Silih itu adalah Silih Wangi. Dimana maksudnya adalah kita saling mengharumkan
(Wangi) atau menghargai. Kita menghargai apa yang telah diberikan Tuhan, maka
Tuhan pun akan menghargai kita dengan menambah nikmat-Nya kepada kita.
Tradisi Silih ini
juga berlaku untuk sesama manusia. Bahwa ketika kita haruslah saling menghargai
didalam kehidupan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Saling Silih Asih,
Silih Asah, Silih Asuh, sudah pasti akan tercipta hubungan yang sehat dalam
kehidupan bermasyarakat dan tidak akan lagi terjadi kejahatan atau perselisihan
karena masing- masing individu sudah memahami hal ini. Jika sudah saling
menjaga, pasti kita akan Silih Wangi kepada sesama. Saling memberi, menjaga, menghargai
dan menghormati adalah tradisi tanah Nusantara yang diwariskan kepada kita tentang bagaimana cara
berhubungan dengan baik dengan sesama manusia dan dengan Sang Pencipta.
Masihkah tradisi
Silih ada diantara kita saat ini? Kita masing- masinglah yang bisa
menjawabnya..
No comments:
Post a Comment