Kehadiran sang Pencipta pada alam semesta menjadikan kemanapun manusia menghadap pasti dia akan bertemu dengan wajah dari sang Pencipta alam semesta itu sendiri
Semesta adalah kumpulan dari banyaknya misteri sebagai elemen utama dalam
pembentukannya. Selalu tidak pernah sama banyaknya jumlah misteri yang berhasil
dipecahkan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Karena sesungguhnya
alam semesta bukanlah apa yang ada diluar sana, melainkan apa yang bisa kita
cium atau yang bisa kita lihat. Pikiran kita itulah semesta.
Semesta adalah sesuatu hal yang memiliki arti dan fungsi akan
keberadaannya. Berada didalam satu sistem yang mengatur segala keseimbangan.
Namun bagi orang yang tidak mengerti apa itu semesta, apapun yang dia lihat
atau dengar atau rasakan atau alami semasa hidupnya didunia ini, semesta adalah
kekosongan. Tidak memiliki arti sama sekali.
Semesta adalah kehidupan dan hanya hidup pada setiap orang yang mengerti akan
kehadirannya. Bagi mereka yang mengerti, apapun yang dia alami semasa hidupnya
selalu memiliki arti. Tidak ada yang terjadi secara kebetulan karena segalanya
saling berkaitan. Itulah kenapa bagi mereka yang mengerti, semesta adalah
segalanya. Karena dia penuh dengan segala hal.
Semesta adalah sesuatu yang diketahui oleh seorang menusia. Semakin dia
tahu segala hal maka akan semakin luas pula semesta ini. Tetapi semakin sedikit
yang diketahui maka seseorang pun tidak akan mendapatkan pembuktian bahwa
semesta itu luas sampai dia menambah pengetahuannya itu. Bagi mereka yang
berfikir, semesta adalah kumpulan dari gambaran sang Pencipta. Karena dia
meyakini bahwa sang Pencipta selalu ada disetiap diri ciptaan-Nya.
Sama halnya dengan semisal sebuah brand sepatu olahraga yang terkenal.
Pencipta dari brand sepatu tersebut menandai sepatu yang berhasil dibuatnya
dengan tanda ‘cheklis’ sebagai gambaran akan dirinya. Sehingga akhirnya
sekarang setiap orang yang memakai sepatu dengan tanda ‘cheklis’ itu pasti akan
mengingat gambaran dari pencipta brand tersebut. Tanda ‘cheklist’ tersebut
secara tidak langsung menjadi gambaran dari pembuatnya.
Kehadiran sang Pencipta pada alam semesta menjadikan kemanapun manusia
menghadap pasti dia akan bertemu dengan wajah dari sang Pencipta alam semesta
itu sendiri. Hal ini terjadi karena manusia merupakan bagian dari alam semesta
itu juga. Wajah adalah gambaran dari sang pemilik wajah tersebut. Sehingga
kemanapun manusia menghadapkan wajahnya, dia akan menemukan gambaran sang
Pencipta alam semesta itu berada di setiap benda yang ada di alam semesta. Batu
itu kuat dan itulah gambaran dari sang Pencipta; kuat. Air itu sumber kehidupan
dan itulah gambaran dari sang Pencipta; sumber kehidupan. Langit itu tinggi dan
itulah gambaran dari sang Pencipta; bahwa Dia maha tinggi.
Kepulauan Nusantara. Gambar: sewarga.com |
Parcaya atau tidak ternyata konsep ini pernah diyakini oleh leluhur
bangsa Nusantara. Seperti yang pernah dijelaskan dalam sejarah kontemporer yang
banyak menyatakan bahwa leluhur bangsa Nusantara adalah penyembah alam. Atheis
kah mereka?
Banyak sumber yang menyatakan bahwa leluhur bangsa Nusantara memiliki
keyakinan untuk menyembah gunung, pohon besar, atau hal semacamnya. Hal itupun
semakin terbukti dengan ditemukannya peninggalan- peninggalan mereka yang
memperkuat pernyataan diatas. Apa benar mereka tidak mengetahui keberadaan sang
Pencipta? Bagi mereka yang yang tidak memiliki pemahaman atau pengetahuan yang terbatas,
mungkin itu benar. Tapi bagi mereka yang mencoba memahami hal tersebut, mungkin
hal itu akan menjadi tidak benar.
Jika diperhatikan, dari banyaknya benda- benda yang menjadi tempat
pemujaan leluhur, terdapat beberapa persamaan. Seperti besar dan tua. Tua
disini adalah gambaran dari kuat. Karena jika benda yang tua dan sampai kini
masih ada, itu menandakan bahwa benda itu adalah benda yang kuat. Itulah kenapa
leluhur bangsa Nusantara menyembah alam semesta seperti bulan, matahari,
gunung, atau semacamnya. Dan jika memang seperti itu, ini menandakan bahwa
leluhur kita sudah memiliki pemikiran yang logis karena sudah mampu
membandingakan satu benda dengan benda yang lainnya. mereka tidak seprimitif
yang pernah kita pikirkan.
Pernah menonton film The Minions? Mungkin kurang lebih dapat dikatakan
seperti itu karena mereka mencari sosok yang kuat dan tidak terkalahkan yang
dapat menjadi penutan serta melindungi mereka. Dan leluhur kita menemukan sosok
itu ada didalam bentuk benda yang ada di alam semesta semisal gunung, bulan,
matahari atau semacamnya tadi. Mereka meyakini bahwa benda- benda itu adalah
sosok yang sangat kuat yang dapat melindungi mereka. Misalnya gunung. Karena
bentuknya yang besar, menjadikan mereka selalu dapat melihat gunung dimanapun
mereka berada. Mereka merasa diawasi. Begitu juga dengan mereka yang menyembah
matahari atau bulan. Tetapi sebenarnya mereka tidaknya menyembah itu semua
dalam arti menjadikan benda- benda tersebut sebagai Tuhan. Seperti tuhan
gunung, tuhan matahari atau tuhan bulan. Mereka hanya menjadikan benda- benda
alam itu sebagai simbol dari Tuhan.
Sedangkan ritual- ritual yang dilakukan oleh mereka adalah sebagai sarana
pengingat bahwa mereka memiliki Pencipta dan sarana untuk dekat dengan-Nya. Dan
karena mereka meyakini benda- benda tersebut dapat melindungi mereka, merekapun
kemudian melakukan sejenis ‘syukuran’ atas kebaikan sang Pencipta kepada
mereka. Dan jika terjadi sebuah bencana, sudah pasti mereka akan mulai mengira-
ngira bahwa bencana itu merupakan sebuah bentuk dari sang Pencipta yang sedang
marah kepada mereka karena ada yang salah dengan aktifitas mereka. Artinya,
secara tidak langsung dengan adanya simbol- simbol dari sang Pencipta ini
menjadikan leluhur kita menjadi sosok yang rendah diri karena mereka meyakini
bahwa terdapat kekuatan besar yang sedang mengawasi mereka.
Apa yang dilakukan oleh leluhur kita ini berlangsung sampai bergenerasi
selanjutnya. Hingga akhirnya apa yang mereka ajarkan dijadikan sebuah pakem
atau aturan adat yang mengikat oleh generasi penerus mereka. Oleh karena itu
banyak di desa- desa adat, peninggalan leluhur mereka ditemukan dalam keadaan
terawat dengan baik. Fungsinya adalah untuk mengingatkan mereka kepada ajaran
nenek moyang mereka. Begitulah seterusnya, setidaknya sampai aliran kepercayaan
mainstream menyentuh mereka.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh aliran kepercayaan mainstream
sangat kuat terasa pada jalannya perkembangan kehidupan leluhur kita. Karena
aliran- aliran itulah yang mengenalkan kepada mereka tentang sosok dari sang
Pencipta itu. Mereka menjelaskan bahwa bahwa gunung, batu, bulan, matahari,
atau apapun yang disembah oleh leluhur adalah sebuah ciptaan dari Tuhan. Dan
aliran- aliran itulah yang mengenalkan bahwa Tuhan dikenal dengan banyak nama.
Namun walaupun dikenal dengan banyak nama, Tuhan itu tetaplah satu dan Dia ada
dimana- mana. Dari pemahaman inilah kemudian kegiatan penyembahan gunung,
bulan, atau benda- benda alam lainnya mulai ditinggalkan. Dan mungkin berawal
dari sanalah kemudian mereka yang masih memegang erat tradisi leluhur dianggap
tidak mengenal Tuhan.
Jadi yang terjadi sebenarnya adalah kesalahpahaman. Ada hal yang tidak
diketahui satu pihak dari pihak lainnya. Padahal, semuanya adalah satu pokok
yang sama. Karena pada essensinya semua aliran kepercayaan, apapun itu atau
dari manapun asalnya, pastilah mengajarkan tentang kebaikan dalam berhubungan.
Baik hubungan antara manusia dengan Penciptanya atau hubungan manusia dengan
manusia lain dan alam sekitarnya.
Berhenti bersifat fanatik terhadap satu aliran kepercayaan dengan mendeskriditkan
aliran lainnya. Karena itu sudah pasti bertolak belakang dengan fungsi agama
itu sendiri. Karena agama adalah ajaran tentang keteraturan dan keseimbangan.
Sesuai dengan filosofinya, a; tidak, gama; kacau. Jadi orang yang beragama
adalah orang yang kehidupannya teratur dan tidak membuat kekacauan atau
kerusakan.
Hargailah orang lain yang berbeda paham dengan kita. Indonesia bersatu
karena adanya perbedaan. Behenti mengatakan mereka salah dan kita benar jika
perkataan itu selalu berakhir kepada perpecahan. Jangan biarkan Indonesia
hancur dari dalam karena adanya perbedaan. Ini Nusantara Kita.
mencermati ajaran leluhur bagian 1. Klik disini
Sayanusantara
No comments:
Post a Comment