Dibeberapa tempat di Indonesia, datangnya gerhana dilakukan dengan Tradisi Memukul Benda
Gerhana adalah sebuah fenomena yang terjadi karena matahari, bulan, dan bumi berada di dalam satu garis lurus. Seperti misalnya ketika terjadinya gerhana matahari dimana sinar matahari yang menyinari bumi terhalang oleh bulan. Karena hal inilah kemudian pada bagian bumi yang terkena umbra atau bayangan dari bulan akan gelap sementara waktu. Dan begitu juga dengan gerhana bulan yang terjadi ketika sinar matahari yang dipantulkan bulan untuk dapat bersinar dimalam hari terhalau oleh bumi sehingga bulan tidak terlihat pada saat itu.
Namun bagi suku- suku yang ada di Indonesia, gerhana adalah sebuah moment dimana akan dilangsungkannya sebuah tradisi yang sarat akan makna. Bagi masyarakat umum, kebanyakan tradisi yang dilakukan di beberapa tempat ini mungkin merupakan sebuah hal mistik dan tidak logis. Tapi bagi mereka yang menjalankannya, tradisi yang dilakukan pada saat gerhana adalah tradisi yang harus dilestarikan dan dijaga karena merupakan sebuah kearifan lokal asli bangsa Indonesia.
Dan beberapa tradisi tersebut adalah:
1. Tradisi Pukul Kaleng dan Seng
Kaleng dan Seng dipukul- pukul sampai menimbulkan suara yang nyaring dan membuat suasanya sekejap menjadi ramai. Tradisi yang dilakukan di Nusa Tenggara Timur ini dilakukan pada saat menyambut datangnya gerhana dan semakin nyaring sampai akhirnya gerhana selesai terjadi. Tradisi memukul benda saat gerhana ini dipercaya dapat mempercepat proses gerhana agar cepat berlalu baik pada saat gerhana matahari atau pada saat gerhana bulan.
2. Dolo- Dolo
Sama seperti halnya di Timor, masyarkat di Ternate, Sulawesi Utara, juga memiliki tradisi memukul- mukul barang pada saat gerhana muncul. Namun yang dipukul- pukul bukanlah kaleng ataupun seng seperti di Timor, melainkan kentongan bambu. Bagi masyarakat Tidore, gerhana terjadi dikarenakan adanya sosok naga yang menelan matahari sehingga bumi menjadi gelap. Dan tidak hanya kentongan dari bambu yang dibunyikan tetapi juga berbagai peralatan masak yang ada didapur. Mereka meyakini jika keadaaan riuh dapat menjadikan naga tidak akan jadi memakan matahari mereka dan matahari dapat kembali bersinar seperti biasanya.
Ternate Sumber Gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/45/Ternate_Volcano_view_from_Dodoku_Ali.jpg |
3. Memukul Tempurung Kelapa
Walaupun sama dengan tradisi lainnya di Indonesia, masyarkat di Jailo, Halmahera, Maluku Utara, berbeda tentang benda apa yang dipukul. Mereka memukul- mukul tempurung kelapa pada saat terjadinya gerhana. Namun tradisi yang sudah diwariskan turun temurun ini tidak memukul tempurung kelapa untuk membuat suasana menjadi ramai. Pada saat gerhana sedang berlangsung, masyarkat setempat berhamburan keluar rumah dengan membawa benda- benda lain yang ada didalam rumah untuk dibunyikan dan membuat suasana sekitar menjadi ramai. Tradisi memukul benda saat gerhana di Jailo ini biasanya juga menggunakan panci dan ember untuk dipukul.
4. Gerantung
Tradisi memukul benda saat gerhana satu ini tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan di ketiga tempat diatas, hanya saja berbeda dalam hal keyakinan tentang penyebab terjadinya gerhana. Gerantung, bagi beberapa desa di Kalimantan Tengah, adalah tentang peleraian perkelahian antara Surya dan Bulan. Adan karena perkelahian inilah bumi menjadi gelap sehingga masyarakat di desa- desa tersebut mengeluarkan benda- benda yang ada didalam rumah dan membunyikannya unuk membuat suasana ramai. Mereka meyakini bahwa jika suasana menjadi ramai dapat melerai perkelahian antara Surya dan Bulan sehingga bumi menjadi terang sperti biasanya. Dan tidak hanya memukul- mukul benda, masyarkat setempat juga melantunkan Mansana ataupantun- pantun epik.
Tapi tradisi Gerantung tidak hanya tentang memukul benda- benda. Dibagian lain Kalimantan Tengah, tradisi Gerantung dilakukan dengan cara meramal. Karena bagi mereka terjadinya gerhana, terutama gerhana matahari, adalah merupakan sebuah pertanda akan datangnya sebuah kejadian besar. Bisa jadi kejadian yang membawa kemakmuran tapi bisa jadi kejadian yang menyengsarakan dan malapetaka. Oleh karena itu ketika terjadinya gerhana, banyak masyarakat yang mendekatkan diri kepada kepala adat untuk mengetahui isi dari ramalan itu ataupun minta diramalkan. Tradisi meramal ini sudah diwariskan kepada masyarakat setempat dari nenek moyang mereka.
5. Memukul Pohon
Tradisi ini biasanya dilakukan oleh suku Dayak Ngaju. Pada saat gerhana masyarkat berbondong- bondong menuju kebun dan menggoyang- goyangkan atau memukul-mukul batang pohon buah. Tradisi ini dipercaya akan membangkitkan Gana, yaitu roh yangada di pohon. Mereka meyakini bahwa Gana ada disetiap pohon dan pada saat gerhana dia harus dibangunkan agar pohon yang menjadi tempatnya berbuah lebat pada waktu berikutnya.
Ilustrasi Kesatria dayak Ngaju Sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/19/Dayak_Ngaju_Warrior_by_W.T._Gordon_1857.jpg |
6. Memukul Gejog Lesung
Tradisi memukul benda saat gerhana terakhir ini dilakukan di Jawa. Masyarkat Jawa memiliki keyakinan tersendiri tentang gerhana yang terjadi. Bagi mereka, gerhana matahari adalah keyakinan tentang sebuiah kisah yang menceriakan tentang Batara Kala yang ingin hidup abadi. Dan karena keinginnya ini, Batara Kala mencuri air abadi yang bernama Tirta Amerta yang berada di tempat tinggal para dewa. Namun ketika Batara Kala meneguk air tersebut, belum sempat sampat tenggorokan, Batara Guru yang mengetahui pencurian Batara Kala melemparkan senjata yang berupa cakra kearah Batara Kala. Cakra itu sekejap memisahkan kepala Batara Kala dari tubuhnya. Namun kesaktian Tirta Amerta terbukti, walaupun sudah terpisah dari tubuhnya, kepala Batara Kala tetap hidup dan hidup mendendam kepada Batara Kala. Batara yang marah mencoba menelan matahari agar bumi selalu dalam keadaan gelap.
Masyarkat jawa sedang menumbuk padi dengan Lesung dan Alu Sumber gambar: https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/13/Menumbuk_padi_080815_2320_srna.JPG |
Bagi mereka yang meyakini kebenaran dari cerita ini, pada saat gerhana matahari sedang berlangsung, mereka memukul- mukul lesung. Lesung mereka simbolkan sebagai jasad dari Batara Kala. Mereka meyakini jika lesung dipukul- pukul maka kepala Batara Kala akan merasa geli dan akan memuntahkan kembali matahari sehingga bumi kembali terang.
Tradisi yang dilakukan oleh masyarkat Jawa ini biasa dilangsungkan pada saat terjadinya gerhana matahari dan dilakukan oleh sekitar empat sampai lima orang yang memukul lesung (tempat menumbuk padi) dengan alu (alat penumbuk yang terbuat dari kayu) sehingga menciptakan sebuah lantunan irama.
Tradisi memukul benda yang biasa dilakukan oleh masyarakat di beberapa daerah yang ada di Indonesia adalah sebuah tradisi yang syarat akan kearifan lokal asli Indonesia yang haruslah dijaga kelestariannya. Karena secara tidak langsung, tradisi memukul benda pada saat gerhana ini adalah sarana untuk menghargai ajaran yang sudah lama ada di tanah Nusantara.
Musyrik bin tolol
ReplyDelete