Tato Suku Moi Papua, Tanda Suku Yang Tergerus Arus Globalisasi

Apakah hanya Seni tato suku Moi yang mulai hilang terbentur arus globalisasi? Bagaimana dengan seni- seni tradisional dari suku- suku lainnya di Nusantara? apakah nasib mereka sama?

Salah satu suku yang cukup dikenal dari pulau Papua adalah suku Moi. Tapi tidak hanya suku Moi tentu saja yang ada di Papua. Papua adalah pulau yang memiliki banyak suku seperti pulau- pulau lainnya di Indonesia. Dan kali ini kita akan membahas suku Moi yang terkenal dengan seni tato nya yang mulai tergerus jaman.
Siapa yang tidak mengenal seni tato? Seni tato yang merupakan seni yang cukup banyak digemari pada jaman modern ini, ternyata juga sudah berkembang lama dipulau Papua. Walaupun berbeda dengan tato modern baik dalam hal motif dan kemanan kesehatan, ternyata banyak juga orang yang berminat kepada tato suku Moi ini.

Tato suku Moi. Sumber gambar: www.pujaarini.blogspot.com
Sekilas tentang suku Moi. Ternyata suku Moi adalah salah satu suku yang sudah lama berada di Sorong, Papua Barat. Mereka sangat meyakini bahwa nenek moyang mereka keluar dari gunung Maladofok. Namun tidak hanya nenek moyang mereka yang keluar dari gunung itu, menurut keyakinan mereka, dunia yang ada sekarang ini juga keluar dari tempat yang sama. Dan hampir semua suku yang berada di wilayah Sorong berasal dari satu nenek moyang Kelinplasa atau  disebut juga Menara Babel didaerah Maladofok.
Namun saat orang- orang itu mulai hidup berkembang, wilayah itu terkena air bah yang menurut mereka merupakan salah satu hukuman dari Tuhan atas suatu tindakan. Dan karena air bah tersebut, orang- orang di Maladofok terpisah- pisah dan membentuk suku- suku baru. Karena itulah sejarah suku Moi tidak bisa terpisahkan dari sejarah suku Maybrat dan Teinabuan di Sorong Selatan maupun sub suku Moi Maya yang ada di Raja Ampat.
Kembali ke masalah seni tato, suku Moi atau biasa juga dikenal dengan sebutan Malamoi meyakini bahwa tradisi menghias tubuh ini diperkenalkan kepada mereka oleh rombongan migrasi Austronesia yang datang dari Asia Tenggara pada jaman Neolitikum.
Dan berbeda dengan seni tato modern, seni tato yang dimiliki oleh suku Moi lebih bersifat alamiah karena berasal dari bahan- bahan organik yang banyak tersedia di alam disekitar mereka. Untuk membuat tato mereka tidak menggunakan jarum, melainkan duri dari pohon sagu. Selain duri dari pohon sagu, mereka juga menggunakan tulang ikan yang dicampurkan kepada yak kibi atau arang halus dan getah dari pohon langsat barulah kemudian duri atau tulang ikan tersebut di tusukkan kepada daerah yang ingin di tato. Biasanya daerah yang akan ditato adalah pada bagian dada, pipi, kelopak mata, betis, pinggul ataupun punggung.
Sedangkan untuk pola, tato suku Moi biasanya berpola sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam bagi mereka. Biasanya tato yang mereka buat bermotif geometris atau garis- garis yang melingkar dan juga titik- titik yang berbentuk kerucut atau tridiagonal.
Namun kini seni tato ini sudah mulai tergerus jaman karena ternyata era globalisasi juga sampai kepada suku Moi. Karena sudah banyak dari generasi muda suku Moi yang tidak lagi bertato karena tuntutan dari kehidupan. Salah satu dampak bagi suku yang terbuka akan dunia luar menjadikan suku Moi dapat mengikuti arah perkembangan jaman yang semakin berkembang. Dan pengaruh ini juga berpengaruh kepada tingkat ekonomi dari beberapa anggota suku Moi. karena sudah banyak pula anggota dari suku Moi yang melamar pekerjaan di perusahaan- perusahaan dan memilih tidak ditato sebagai syarat etika untuk mendapatkan pekerjaan dan memperbaiki kehidupan keluarganya.
Tato suku Moi, apakah kelak akan menjadi sebuah legenda atau tradisi yang tidak tidak memiliki bukti pernah ada di negeri Papua? Jaman yang semakin cepat, jaman yang semakin canggih dan menuntut totalitas dari setiap orang yang berkembang bersamanya, ternyata mampu mempengaruhi tradisi yang sudah lama berkembang di tanah Nusantara. Tapi apakah hanya seni tato suku Moi yang terancam kepunahan? Adakah seni- seni lainnya yang terancam hilang karena benturan era globalisasi yang mulai masuk sampai kepintu- pintu desa diseluruh tanah Nusantara? Karena bagi suku Moi, tato selain tradisi nenek moyang juga merupakan sebuah tanda pengenal atas sebuah jati diri agar mudah dikenali dan sebagai pengingat bagi seseorang untuk tidak melupakan suku dan nilai- nilai yang diajarkan kepada mereka dilingkungan awal hidup mereka.

Referensi:
http://www.antaranews.com/berita/352871/tradisi-tato-suku-moi-papua-barat-mulai-luntur
http://indonesiaartikeltau.blogspot.co.id/2015/02/budaya-papua-suku-moi.html



<< Sebelumnya               Selanjutnya >>

2 comments:

  1. We all know that a permanent tattoo that can not be removed, or if they would be removed was difficult Bener and may require surgery.
    bandar togel indonesia

    ReplyDelete
  2. you right, mr.

    Thanks for your comment

    ReplyDelete

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...