Nusantara Itu Atlantis Yang Dicari?
Nusantara adalah sebuah negeri yang menyimpan banyak kekayaan alam dan tambang. Kekayaan yang tidak dimiliki oleh bangsa dari negeri lain. hal inilah yang menjadikan banyak para penjelajah luar tanah Nusantara berdatangan untuk mengekplorasi kekayaan alam yang dimiliki Nusantara. Berbagai macam cara untuk membebaskan mereka (penjelajah) pun dilakukan. Dimulai dari membentuk kerja sama dagang dengan penduduk asli Nusantara dengan membuat serikat dagang, dan ada juga yang melakukannya dengan cara penjajaha. Namun apakah mereka (para penjelajah) hanya mengambil kekayaan alam saja dari Nusantara? Ataukah ada hal lainnya yang mereka bawa pulang ke tanah asal mereka?
Kedatangan
para penjajah Eropa (Portugis dan Belanda) pada abad ke-16 tidak hanya menjarah
rempah-rempah dan kekayaan alam bumi Nusantara. Lebih dari itu, mereka juga
menjarah hampir semua bukti ilmiah berupa naskah ataupun peninggalan bernilai
sejarah yang pernah ada. Sehingga tatkala kita mencoba menelusuri, misal sejarah Jawa Barat yang identik
dengan istilah Sunda,
ibarat menelusuri terowongan gelap tanpa cahaya untuk
menuju suatu -titik terang- yang masih jauh terlihat. Namun, hal itu bukan alasan untuk bisa terus
menumbuhkan kepedulian terhadap
kekayaan nilai-nilai luhur bangsa sebagai
pusaka budaya Nusantara. Sebab baru-baru ini telah ada upaya ilmiah yang
dilakukan oleh para peneliti sejarah dan arkeologi tentang ras Austronesia
sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang sudah menetap di kepulauan Nusantara
ini sejak sekitar 5000 tahun lalu.
gambar ilustrasi peta nusantara: Wikipedia |
Hal tersebut didukung oleh pendapat Prof. Arysio Santos, Ph.D yang mengemukakan teori bahwa Sunda Land (Tanah Sunda) adalah tempat pusat peradaban yang maju
ribuan tahun silam yang dikenal dengan benua Atlantis (taman Eden) yang hilang.
Ia mengungkap fakta dengan
argumen dari beberapa sudut pandang ilmiah seperti Geologi,
Linguistik, dan Antropologi yang bertemu pada satu
titik kesimpulan bahwa
Atlantis adalah tempat pertama kali manusia
menemukan penemuan besar berupa ilmu pengetahuan. Budaya bercocok tanam, bahasa, metalurgi,
astronomi, seni, serta peradaban-peradaban sesudahnya seperti Yunani, Mesir,
Aztec, Inca, dan bangsa besar lainnya sesungguhnya berasal dari bangsa Indonesia. Penelitan tersebut berhasil mengonfirmasi
kebenaran kitab suci dan mitologi (mitos), mengawinkan sains (ilmu pengetahuan) dan agama, yang pasti akan mengubah cara pandang kita
terhadap sejarah umat manusia pada umumnya dan sejarah Indonesia serta Jawa Barat pada khususnya. Inilah yang kami
maksud sebagai -titik terang- itu.
Terpisahnya pulau Jawa dari Sumatera disebabkan oleh letusan
Gunung Kratau yang terjadi pada sekitar 11.600 tahun yang lalu[1]. Hal itu menimbulkan rentetan gempa dan tsunami besar,
seratus kali lebih besar dari bencana Aceh tahun 2004. Bencana global itu
menyebabkan separuh wilayah Nusantara tenggelam akibat naiknya air laut
setinggi 150 meter karena mencairnya es kutub yang menandakan berakhirnya Zaman
Es[2].
Berakhirnya Zaman Es mengakibatkan sebagian besar penduduk
yang selamat dari bencana global itu melakukan eksodus ke seluruh belahan dunia
(termasuk Eropa). Namun adapula penduduk yang memilih menetap di tanah Sunda
dan menata kembali kehidupan
tata masyarakatnya serta penghidupannya sampai dengan memasuki zaman neolitikum, yang pada akhirnya
penduduk itu kita kenal sebagai suku Sunda. Istilah
Sunda menurut bahasa Sansekerta yang menjadi induk bahasa Austronesia berasal
dari akar kata “Sund” yang artinya adalah “Bercahaya” atau “Terang Benderang”[3].
Kepemimpinan kepala suku pada zaman neolitikum
sampai zaman perunggu atau logam menduduki peringkat penting yang menentukan dalam mengatur masyarakat. Seorang pemimpin
atau kepala suku dianggap mempunyai kekuatan gaib di dalam tubuhnya sehingga
menjadi orang sakti di antara pengikut-pengikutnya.
gambar Ilustrasi Masyarakat Nusantara: Wikipedia
Setelah datangnya pengaruh Hindu (ajaran Brahma) pada sekitar 1500 tahun SM, kepemimpinan kepala suku ini berganti
menjadi kepemimpinan seorang raja. Raja memimpin kelompok-kelompok masyarakat
yang diatur menurut struktur sosial Hindu. Kepemimpinan raja, atau disebut juga
maharaja yang bersifat Hindu itu
berazaskan konsep dewaraja. Dalam
konsep ini raja dianggap wakil dewa di dunia, bahkan ia mengandung di dalam
dirinya esensi dari kedewataan itu sendiri.
Memasuki perhitungan Masehi, terukir rangkaian peristiwa
munculnya kerajaan-kerajaan di wilayah Jawa Barat yang tercatat dalam
berita-berita asing (luar negeri) maupun pribumi. Diawali dari munculnya
Kerajaan Salakanagara (abad 2-4 M); Kerajaan Tarumanagara (abad 5-8 M); Kerajaan
Indraprahasta (abad 4-8 M); Kerajaan Sunda/Pajajaran (abad 8-16 M);
Kerajaan Galuh (abad 8-15 M); Kerajaan
Saunggalah/Kuningan (abad 8-9 M); Kerajaan Galunggung (abad 7-16 M) dan Kerajaan Sumedang Larang (abad 16-17 M). Budaya Hindu-Budha sangat kental
pengaruhnya terhadap kemunculan kerajaan-kerajaan tersebut. (RM)
[1] Santos,
Arysio. 2009. Atlantis - The Lost Continent Finally Found. PT Ufuk Publishing House. Cetakan: ketujuh. Jakarta. Hal 64-66
[2]Ibid. Hal 69
3http://www.kalangsunda.net/apps/forums/topics/show/4853499-sunda-selintas-perjalanan-terhadap-arti-dan-pandangan-hidup-
No comments:
Post a Comment