Ada sebuah artikel menarik yang saya baca sore tadi. Menjadi diri sendiri. Sesuatu yang mudah diucapkan tapi cukup sulit untuk di coba karena ada banyak tantangannya. Salah satunya adalah malu. Ya, malu menjadi diri sendiri di tanah Nusantara.
Menjadi diri sendiri adalah salah satu hal yang ingin dicapai oleh banyak orang. Walaupun terkadang bertentangan dengan banyak nilai-nilai yang sudah ada di lingkungan nyatanya keinginan untuk menjadi berbeda selalu muncul entah dari mana.
Kenapa tidak perlu malu menjadi diri sendiri di Tanah Nusantara? Untuk apa? Mari kita lihat apa yang sudah dimiliki bangsa ini. Ada banyak kan? Salah satu hal penting yang menjadikan bangsa Nusantara menjadi bangsa yang besar di masa lalu adalah karena nenek moyang kita menjadi diri mereka sendiri. Mereka kuat dari dalam.
Seberapa Penting Menjadi Diri Sendiri Di Tanah Nusantara?
Sangat penting. Seperti sudah di singung di kalimat sebelum ini: bangsa Nusantara di masa lalu bisa menjadi bangsa yang sangat kuat dan besar karena mereka mampu menjadi diri mereka sendiri.
Pelajari bagaimana besarnya kerajaan Mataram, Pajajaran, Sunda, bahkan Majapahit yang mampu mempersatukan bangsa Nusantara menjadi satu kekuatan besar. Apakah mereka mendapatkan intervensi dari luar? Apakah ada pengaruh dari luar Nusantara? Mereka dapat melakukannya karena mereka percaya mereka bisa.
Patih Gajah Mada yang sangat terkenal dengan sumpahnya untuk mempersatukan Nusantara dibawah kekuasaan Majapahit adalah salah satu contohnya. Dia percaya diri dan optimis. Rasa percaya diri itulah yang kemudian menjadikannya terus bergerak dan terpacu untuk mencapai apa yang menjadi tujuannya.
Seperti misalnya ajaran Silih Asih, Silih Asah, dan Silih Asuh yang merupakan ajaran asli tanah Sunda. Jika masyarakat Sunda tidak percaya diri untuk menjadi dirinya sendiri sudah pasti kita tidak akan mengenal ajaran itu saat ini karena terbentur dengan budaya asing yang semakin banyak masuk ke tanah Nusantara ini.
Silih Asih: saling mengasihi, menyayangi, menghormati; Silih Asah: saling meningkatkan kemampuan, saling support dalam meningkatkan kualitas diri; Silih Asuh: Saling menjaga, saling melindungi.
Baca juga: Hubungan Antara Efek Domino Dengan Nusantara Yang Tidak Pernah Di Kupas Sebelumnya
Baca juga: Hubungan Antara Efek Domino Dengan Nusantara Yang Tidak Pernah Di Kupas Sebelumnya
Nusantara Bangga Menjadi Dirinya Sendiri
Saya bukan sebuah robot. Begitu juga kamu semua. Tidak ada alasan bagi kita untuk mengikuti semua yang orang lain inginkan. Bagi saya mendengarkan apa yang orang lain katakan adalah keharusan tapi menjadikan itu semua menjadi sebuah patokan saya harus menjadi seperti apa nantinya tentu saja tidak.
Mendengarkan dengan baik adalah etika yang harus dijaga karena kita harus menghargai orang yang berbicara. Tapi menjadikan ucapan mereka menjadi patokan hidup kita itu adalah pilihan.
Kita semua tahu bawa Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 70% wilayahnya adalah laut. Tidak hanya sekarang dahulu juga seperti itu. Itulah kenapa bangsa Nusantara dikenal juga sebagai bangsa pelaut. Nenek moyangku seorang pelaut.
Baca juga: Tafakur Kebangsaan. Hubungan Antara 17 Agustus Dan Lomba Makan Kerupuk
Baca juga: Tafakur Kebangsaan. Hubungan Antara 17 Agustus Dan Lomba Makan Kerupuk
Karena mereka seorang pelaut sudah pasti mereka mengunjungi daerah-daerah lain diluar wilayah Nusantara untuk tujuan tertentu sekaligus membawa nilai-nilai luhur yang mereka yakini. Mereka percaya diri dengan apa yang mereka miliki, mereka bangga akan hal itu, dan mereka berhasil membuat penduduk setempat terpesona. Itulah kenapa sampai saat ini ada beberapa negara yang mempertahankan nilai-nilai tersebut. Bahkan beberapa negara di benua Afrika ada yang menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi!!
Jangan Minta Maaf Karena Telah Menjadi Diri Sendiri Di Tanah Nusantara
Kita harus bangga dengan apa yang diwariskan oleh nenek moyang Nusantara. Justeru nilai-nilai tersebut yang sudah terbukti pernah menjadikan bangsa Nusantara menjadi bangsa yang disegani dimasa itu.
Jangan lagi takut di anggap aneh karena mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa ini di tengah globalisasi kebudayaan yang semakin tidak menentu arahnya. Dengan mempertahankan nilai-nilai tersebut menandakan bahwa kita adalah orang yang memiliki jati diri. Kita memiliki nilai.
Jika saat ini banyak yang menganggap bahwa permasalahan yang ada di Indonesia sudah terlalu besar dan sulit untuk selesaikan menurut saya itu adalah sesuatu yang berlebihan. Masih ada hal yang bisa kita lakukan selama kita tidak melupakan siapa jati diri kita sebenarnya.
Kita adalah bangsa yang memiliki nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke genarasi. Tentu saja permasalahan yang ada saat ini pernah juga dihadapi oleh nenek moyang kita pada masanya kita hanya perlu ‘mencontek’ bagaimana mereka menyelesaikannya.
Bingung bagaimana cara mempersatukan perbedaan? Pelajari bagaimana Patih Gajah Mada mempersatukan bangsa ini saat dahulu kala.
Tidak akan ada perubahan jika perubahan tersebut tidak dimulai dari diri sendiri. Kita sendirilah yang menentukan mau kearah mana hidup ini? Ini hidup saya maka saya yang harus menentukan mau kemana arah hidup saya ini. Saya bertanggung jawab atas hidup ini.
Jangan pernah minta maaf karena berbeda karena sudah menjadi diri sendiri. Justeru dibalik cibiran yang mungkin datang dari orang lain, justeru mereka sendirilah yang iri karena tidak mampu menjadi diri sendiri. Bisa saja mereka iri karena tidak bisa menjadi seperti yang kita lakukan.
Ini pendapat saya tentang menjadi diri sendiri di tanah Nusantara. Jangan pernah malu untuk menjadi bangsa Nusantara seutuhnya. Kita adalah anak cucu dan generasi dari sebuah bangsa yang besar dan terhormat. Terus kenapa malu?
Kamu punya pendapat lain tentang menjadi diri sendiri di Tanah Nusantara? Tuliskan komentar kamu di kolom komentar dibawah sehingga kita bisa sharing lebih dalam tentang hal ini nantinya.
Salam,
Sayanusantara
No comments:
Post a Comment