Siapa yang tidak
mengenal Nasi Tumpeng? Nasi yang berbentuk kerucut itu biasanya berwarna kuning
dan dihiasi berbagai macam lauk- pauk didasar nasi. Mulai dari lauk sayur mayur,
telur, tempe sampai dengan daging ayam. Hmmm… pasti kenal dong? Dan pasti suka
dong?
Nasi Tumpeng biasaya
disajikan pada saat diselenggarakannya sebuah ceremonial atau perayaan akan
sesuatu. Bisa berupa perayaan khitanan, pernikahan, akikah, atau sebagainya. Tahu
kenapa Nasi Tumpeng berbentuk kerucut seperti itu dan selalu adanya ketika
sebuah perayaan berlangsung?
Sebenarnya, Nasi
Tumpeng sudah ada sejak dahulu kala. Dan Nasi Tumpeng adalah sebuah simbol dari
kekayaan alam yang dimiliki Nusantara. Kita bisa lihat apa saja yang dijadikan
lauk pada Nasi Tumpeng. Ada yang sayur mayur seperti tomat, cabai, mentimun dan
lainnya. Itu menandakan bahwa Nusantara adalah daerah dengan tanah yang subur. Sehingga
berbagai tanaman sayur mayur dapat tumbuh dengan baik. Demikian juga dengan
lauk- lauk yang lainnya yang dipilih sebagai perwakilan dari kekayaan alam
lainnya yang ada di Nusantara.
Seperti misal juga
ada daging ayam. Daging ayam adalah simbol bahwa Nusantara memiliki banyak
keanekaragaman iklim di masing- masing daerahnya. Jadi daerah satu dengan
daerah yang lain kadang tidak sama keadaan cuacanya. Ada disatu daerah yang
dingin berkabut tapi juga ada daerah lainnya yang panas kering. Ini menandakan
bahwa iklim di Indonesia sangat cocok untuk peternakan berbagai macam jenis
ternak. Mulai dari unggas, sapi, kambing, babi, bahkan perikananpun bisa. Iklim
Nusantara sangat cocok untuk untuk berbagai jenis peternakan dan perikanan
penghasil protein.
Jika dilihat dari bentuknya
yang mengkerucut keatas, Nasi Tumpeng menggambarkan bahwa wilayah Nusantara
terdiri dari banyak gunung. Nasi ini diserupakan gunung karena pada jaman
dahulu kala masyarakat Nusantara menyimbolkan gunung sebagai Tuhan. Gunung
dijadikan simbol oleh masyarakat Nusantara karena gunung adalah sesuatu yang
besar, kuat, menjaga keseimbangan alam, dan pemberi kehidupan kepada manusia. Itulah
kenapa pada sejarah kontemporer banyak yang mengatakan bahwa masyarakat
Nusantara pada jaman dahulu kala menyembah gunung. Sebenarnya bukan menyembah
dalam artian Atheis. Tapi mereka menyimbolkan gunung sebagai Tuhan. Sama
seperti patung yang di simbolkan sebagai Budha oleh pemeluk Budha.
Referensi Foto: http://kateringmardika.com/foto_produk/52DSC_2544.JPG
Jadi Nasi Tumpeng
bukanlah sekedar makanan tradisional yang tidak memiliki makna. Justeru Nasi
Tumpeng sarat akan makna atau nilai filosofis tentang nilai- nilai Ketuhanan
yang dianut oleh bangsa Nusantara sejak dahulu kala. Dan sangat disayangkan jika
Nasi Tumpeng kini hanya tinggal Nasi Tumpeng yang ketika habis dimakan tidak
memiliki makna apapun setelahnya. Karena justeru Nasi Tumpeng, pada awalnya,
dibuat agar setelah selesai acara Slametan, menjadi sebuah ingatan tersendiri
bagi mereka yang hadir untuk terus menjaga keseimbangan alam Nusantara yang
telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa agar keseimbangannya berjalan terus dan
terus memberikan berkah unutk anak cucu mereka. Disinilah nanti akan muncul
makna dari Silih Asih, Silih Asah, Silih
Asuh, dan Silih Wangi yang terkenal itu. Jadi jika kita ingin mengenal Nusantara, Nasi
Tumpeng itulah Nusantara….
(Heriatna, Rennata)
(Heriatna, Rennata)
No comments:
Post a Comment