Rahasia Dibalik Karapan Sapi Dari Pulau Madura

Karapan Sapi bukan hanya sekedar tradisi merayakan hasil panen, tapi juga memiliki nilai-nilai lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Madura...


Salah satu tradisi asli tanah Nusantara yang sudah diakui oleh dunia adalah Karapan Sapi. Karapan sapi atau adu balap sapi adalah salah satu kebudayaan asli pulau Madura di Jawa Timur yang sudah dikenal oleh dunia luas. Bahkan kini menurut kabar, sebuah produsen mobil sport kelas dunia menjadikan Karapan Sapi sebagai inspirasi dalam pembuatan mobil super cepat mereka.
Karapan Sapi merupakan kebudayaan yang sudah diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang masyarakat pulau Madura. Tidak ada sejarah pasti tentang asal muasal dari Karapan Sapi, namun dari banyaknya cerita yang beredar, tradisi Karapan Sapi tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat pulau Madura yang mayoritas adalah  petani.
Konon, pulau Madura adalah pulau yang gersang dan kering sehingga sangat sulit untuk dijadikan lahan pertanian oleh masyarakat sekitar. Melihat keresahan dari masyarakat, seorang pangeran yang bernama Ketandur berinisiatif untuk memanfaatkan tenaga sapi untuk mengolah lahan. Dan benar saja, setelah melalui berbagai macam percobaan, lahan yang awalnya gersang dan tidak bisa ditanami berubah menjadi lahan yang subur. Masyarakat yang melihat hasil dari usaha pangeran mulai mengikutinya sehingga akhirnya seluruh daratan dipulau Madura menjadi subur dengan hasil panen yang berlimpah.
Masyarakat yang ada di pulau Madura awalnya, sebelum usaha dari pangeran berhasil, menggantungkan hidupnya dari hasil laut bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir dan beternak sapi bagi mereka yang berada jauh dari pesisir. Melihat banyaknya sapi inilah kemudian pangeran mendapatkan ide untuk memanfaatkan tenaga sapi untuk mengolah lahan.
Masyarakat yang merasa gembira karena akhirnya mendapatkan panen yang melimpah kemudian mengungkapkan kegembiraan mereka dengan cara mengikuti inisiatif dari pangeran Ketandur. Yaitu mengadakan adu balap sapi. Area pertanian yang sudah di panen menjadi arena balap sapi tersebut dan akhirnya Karapan Sapi tercipta dan bertahan sampai dengan saat ini sebagai wujud syukur masyarakat atas hasil penen mereka. Mungkin itulah kenapa Karapan Sapi biasanya diadakan sekitar bulan Agustus sampai dengan September.
Karapan Sapi. Foto: bisniswisata.co.id
Namun ternyata Karapan Sapi bukan hanya sekedar tradisi merayakan hasil panen, tapi juga memiliki nilai-nilai lain yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Madura. Seperti misalnya nilai- nilai ekonomi, religius dan magis, serta seni. Nilai- nilai inilah yang menjadikan kenapa Karapan Sapi seperti sebuah tradisi yang sangat sakral keberadaannya bagi masyarakat pulau Madura.
Karapan Sapi ternyata bagi sebagian masyarakat memiliki nilai- nilai ekonomi yang dapat membantu kehidupan ekonomi mereka. Karena ketika Karapan Sapi di selenggarakan, akan ada banyak orang yang datang untuk menyaksikannya. Banyaknya orang yang datang ini menjadikan mereka yang berjiwa bisnis melihat peluang untuk mengembangkan bisnisnya dengan berdagang. Seperti misalnya sekedar berdagang makanan atau minuman serta assesoris yang berkaitan dengan Karapan Sapi bagi turis yang datang. Hal ini terjadi karena bagi masyarakat pulau Madura sendiri, pegelaran Karapan Sapi adalah tentang pesta rakyat yang harus dimeriahkan.
Siapa yang dapat menyangka bahwa nilai- nilai religius dan mistis ternyata juga bersentuhan langsung dengan Karapan Sapi. Betapa tidak, karena mayoritas penduduk bangsa Indonesia masih memegang kuat kepercayaan dengan hal- hal mistis. Dan hal inipun ternyata juga berlaku pada Karapan Sapi. Karena bagi mereka yang mempercayai hal- hal mistis seperti itu tentu saja patuh terhadap hukum tidak tertulis tentang pantangan- pantangan dalam merawat serta melatih sapi mereka. Seperti tanggal/ hari baik dalam perawatan sapi. Dan tidak jarang mantra-mantra juga digunakan ketika sapi- sapi akan bertanding yang diyakini dapat membawa keberuntungan dan menang dalam pertandingan.
Bahkan sapi- sapi yang diperlombakan dalam Karapan Sapi bukanlah sapi- sapi yang ‘biasa- biasa saja’. Karapan Sapi biasanya hanya diikuti oleh sapi- sapi yang memiliki kriteria khusus karena bagi banyak orang, Karapan Sapi adalah ajang adu gengsi. Itulah kenapa diperlukan sapi- sapi khusus yang ikut serta. Seperti misalnya, sapi yang berdada air atau bentuk tubuhnya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku rapat, tegar, tegak, kokoh, berekor panjang dan gemuk. Sapi- sapi seperti ini dalam hal perawatan juga sangat jauh berbeda dengan sapi- sapi lainnya sehingga juga membutuhkan dana yang besar dalam perawatannya. Karena ketika sapi tersebut menang tentu saja akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi pemiliknya. Selain itu, harga dari sapi yang menang akan melambung tinggi berkali- kali lipat dibanding sapi biasa atau sapi yang tidak memenangkan pertandingan.
Tapi diluar dari kepercayaan mistis dan juga ekonomi, ternyata Karapan Sapi juga bersentuhan juga dengan seni. Seni menjadi salah satu hal yang di tonjolkan dalam setiap perlombaan karapan sapi karena seni menjadikan satu sapi berbeda dengan sapi lain. Para pemilik sapi yang sapinya diperlombakan rela mengeluarkan dana yang cukup besar untuk mendandani sapinya agar menarik perhatian penoton dan menjadi sapi yang sedap di pandang mata. Makanya tidak heran jika kita menonton secara langsung Karapan Sapi akan melihat sapi- sapi yang mentereng penampilannya.
Selain seni, kadang prinsip- prinsip dari hukum fisika juga dipakai dalam pembuatan Kaleles. Kaleles adalah tempat dimana joki atau pengendara sapi mengendalikan sapi diantara dua sapi. Kaleles biasanya ada diantara dua ekor sapi satu tim (dua ekor sapi dihitung satu peserta. Berarti jika ada dua peserta sapi itu menandakan ada empat ekor sapi). Para pengrajin Kaleles tidak bisa dikatakan sembarangan dalam membuat Kaleles, karena Kaleles yang dibuat harusnya sesuai dengan besar dan bentuk tubuh sapi serta dibuat tidak terlalu berat sehingga tidak mengganggu kecepatan lari sapi. Dan tidak hanya sapi, pengrajin Kaleles juga harus memperhatikan kenyamanan serta keamanan dari Joki yang mengendarai sapi- sapi itu.
Selain seni dalam menghias sapi, banyaknya orang yang datang dijadikan sebagai ajang mempertunjukan kesenian lain dari pulau Madura. Seperti misalnya kesenian tari ataupun musik tradisional. Pertunjukan seni ini menjadi sangat penting mengingat tidak sedikit turis, lokal maupun internasional, datang dan hanya mengenal Madura dari sudut pandang Karapan Sapi saja. Bahkan bagi penduduk asli pulau Madura sekalipun, pertunjukan seni tari dan musik ini sangat penting karena akan mengingatkan mereka bahwa Madura tempat tinggal mereka sangat kaya akan tradisi- tradisi yang lainnya sehingga kesenian tari dan musik tersebut tidak akan mudah hilang dari ingatan dan akan terus terjaga keberadaannya.
Karapan Sapi. Foto: alambudaya.com
Karapan Sapi sama seperti budaya dan tradisi dari daerah- daerah lain di Indonesia. Yaitu bukan sekedar ritualitas semata yang tidak memiliki nilai- nilai tertentu. Karena sebuah tradisi atau kebudayaan yang masih dipertahankan sampai sekarang selalu memiliki indikasi bahwa tradisi atau kebudayaan tersebut mengingatkan mereka yang melakukannya akan sesuatu. Bisa sejarah, ajaran nenek moyang, atau ajaran dari Tuhan yang selalu tersirat didalam setiap tingkah laku para pendahulu.
Dari Karapan Sapi kita bisa mengetahui bahwa selalu ada nilai- nilai yang terkandung didalam setiap peristiwa yang sudah sejak lama ada. Nilai- nilai itu dipertahankan karena diyakini mampu menjadi ingatan tersendiri bagaimana para leluhur kita dahulu berfikir dalam memecahkan permasalahan mereka. Hal ini penting terlebih di zaman modern ini dimana segalanya selalu dihadapkan dengan sesuatu yang instan.
Karapan Sapi mengingatkan kita bahwa bangsa Nusantara adalah bangsa yang besar dan selalu mampu memecahkan permasalahan mereka sesuai dengan ajaran yang telah diwariskan para leluhur. Dan dari Karapan Sapi pula kita dapat inspirasi bahwa Indonesia bukan bangsa yang mudah menyerah dan bukan bangsa yang pesimistis dalam menghadapi sebuah permasalahan. Jadi tidak perlulah kita meniadakan kebudayaan asli Nusantara atau melupakannya demi gengsi di zaman modern ini. Karena bagaimanapun juga, Ini Nusantara Kita dan Indonesia itu tergantung dari kita sebagai generasi mudanya.


Sayanusantara



Referensi:
http://www.lontarmadura.com/sejarah-karapan-sapi/
http://www.eastjava.com/tourism/pasuruan/ina/bull-race.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Karapan_sapi


<< Sebelumnya                 Selanjutnya >>

1 comment:

  1. Pengen liat karapan sapi tp belum kesampaian. Smg suatu saat nanti bisa melihatnya scr langsung...

    ReplyDelete

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...