Sila Pertama Pancasila Itu Tentang Kebenaran Universal

Mengenal Pancasila? Sudah menjadi kewajiban tersendiri bagi warga negara Republik Indonesia untuk dapat mengenal Pancasila dengan baik dan mengaktualisasikannya dengan sempurna dikehidupan sehari-hari. Karena Pancasila memuat dasar- dasar yang harus diketahui dan dipahami oleh setiap warga negara agar kehidupan berbangsa dna bernegara ini terarah sesuai dengan yang telah dicita- citakan para pejuang kemerdekaan beberapa tahun silam.
Berdikarionline.com yang juga pernah memposting tentang Pancasila mengutip, “Dalam buku otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno mengatakan: “Di pulau Bunga yang sepi tidak berkawan aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya merenungkan di bawah pohon kayu. Ketika itu datang ilham yang diturunkan oleh Tuhan mengenai lima dasar falsafah hidup yang sekarang dikenal dengan Pancasila. Aku tidak mengatakan, bahwa aku menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah menggali tradisi kami jauh sampai ke dasarnya dan keluarlah aku dengan lima butir mutiara yang indah.”
Salah satu dasar dari Pancasila dan juga sila yang terutama, menerangkan bahwa bangsa Indonesia hanya memiliki Tuhan yang satu. Ya, itu adalah sila pertama yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada pasal ini para pejuang kemerdekaan pada masa itu ingin memberitahukan bahwa masalah Ketuhanan inilah salah satu hal yang dapat mempersatukan bangsa Nusantara yang terdiri dari banyak perbedaan dan keyakinan.
Secara kasat mata, sebenarnya pasal ini menerangkan bahwa bangsa Nusantara memiliki banyak kepercayaan yang sudah membudaya dan mengkristal didalam setiap tingkatan masyarakatnya. Dimana kebudayaan dan kepercayaan ini mempengaruhi setiap tingkah laku serta pola hidup masyarakat yang berbeda- beda. Kepercayaan dan keyakinan inilah yang dicoba untuk disatukan untuk menjadi sebuah kekuatan untuk memperjuangkan kemerdekaan dari bangsa asing.
Pemikir awal dari Pancasila, sebelum akhirnya di proklamirkan oleh Ir.Soekarno sebagai dasar negara, memahami bahwa dari banyak perbedaan keyakinan dan kepercayaan terhadap dewa ataupun tuhan, pada dasarnya semua perbedaan itu hanyalah percaya pada satu Tuhan. Perbedaan itu muncul hanya karena penyebutannya saja yang berbeda. Ada satu kepercayaan yang menyebut Allah, Sang Hyang, Brahman, dan banyak lagi. Namun pada essensinya, yang mereka tuju hanya satu. Yaitu Tuhan yang satu.

Pic by.wikipedia



Pemahaman inilah yang menjadi dasar bagi pemikir awal Pancasila bahwa untuk mempersatukan bangsa Nusantara ini diperlukan sebuah kesepakatan bersama bahwa Tuhan itu Esa. Terlepas dari bagaimana kita menyebutnya dan cara mendekatkan diri kepada-Nya. Karena yang terpenting bukanlah dengan apa kita menyebut nama Tuhan, yang terpenting adalah keyakinan kita akan sistem hidup dan kehidupan yang diajarkan oleh-Nya dapat kita jalani sebagaimana diakui sebagai sebuah kebenaran universal oleh siapapun di muka bumi ini.
Seperti aturan yang mengatakan bahwa hukum bagi pencuri adalah potong tangan. Ini adalah salah satu kebenaran universal yang diajarkan oleh Tuhan Yang Esa. Karena jika hukum ini ditiadakan sudah barang pasti akan banyak pencurian terjadi. Tapi bukan berarti setiap pencuri yang tertangkap tangan langsung potong tangan. Semua itu harus melalui pengadilan terlebih dahulu. Dan jika yang menjadi korban memaafkan dan tidak menghendaki potong tangan bagi si pencuri, pencuri itu akan terbebas dari hukum potong tangan. Hal ini terjadi karena ajaran Tuhan Yang Maha Esa lebih menekankan kepada hukum kasih sayang (Rahman- Rahim) dengan cara memeafkan kepada seluruh makhluknya.
Begitu juga dengan hukum perzinahan, pembunuhan, atau lainnya. Dan termasuk juga hukum pernikahan. Kenapa pernikahan juga harus melalui hukum yang mewajibkan pernikahan harus memiliki saksi? Karena agar jelas silsilah keturunannya kelak. Hukum ini diajarkan oleh Tuhan Yang Maha Esa bermaksud agar setiap manusia saling menghargai dan menghormati apa yang dimiliki manusia yang lainnya dalam kehidupan sehari- hari. Kalau hukum- hukum ini ditiadakan, sudah pasti akan banyak pelanggaran dan kejahatan dimuka bumi.

Video by Youtube.com

Inilah essensi dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Bahwa keyakinan dan kepercayaan yang sangat beragam di tanah Nusantara hanya dapat disatukan jika kita saling menghargai sesama warga negara. Karena sila pertama ini bukan tentang dengan apa kita menyebut dan dengan apa kita mendekatkan diri kepada-Nya. Yang terpenting adalah aturan yang diajarkan dan diyakini oleh masing- masing kepercayaan dan keyakinan ini merujuk kepada sau kebenaran universal. Kebenaran yang tidak dapat dibantah oleh siapapun. Inilah yang berhasil di simpulkan oleh pemikir awal Pancasila melalui proses perenungan yang panjang.
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini? Apakah sila ini masih berlaku? Kitalah yang bisa menilainya sendiri dengan cara memperhatikan kejahatan yang  semakin banyak dan beragam ini apakah sila ini masih ada dalam pemahaman setiap anak bangsa atau hanya sebatas ada diujung lidah saja. Pancasila itu Nusantara.. (bersambung ke Intisari Pancasila Adalah Kasih Sayang?)

No comments:

Post a Comment

Terbaru

13 Fakta Kerajaan Majapahit: Ibukota, Agama, Kekuasaan, dan Catatan Puisi

  Pendahuluan Sejarah Kerajaan Majapahit memancarkan kejayaan yang menakjubkan di Nusantara. Dalam artikel ini, kita akan menyelami 20 fakta...